27 Maret 2011

Dari Winwin untuk Bojonegoro



Banyak teman-teman FB yang mengira saya orang Ngawi. Ya, tidak bisa disalahkan. Saya memang tinggal di Ngawi, kuliah di Ngawi, kerja di Ngawi. Pendek kata, kehidupan saya sekarang memang di Ngawi.

Tapi sesungguhnya, sampai detik ini saya secara resmi, sah dan meyakinkan (halah!) adalah warga kabupaten Bojonegoro. Dari lahir sampai usia SMP, saya memang hidup di Bojonegoro, baru mulai ketika masuk SMK, saya jadi lebih akrab dengan Ngawi. Dan sampai kapanpun saya memang orang Bojonegoro, orang Bojonegoro yang kurang akrab dengan kotanya sendiri lebih tepatnya :D.

Lahir dan besar di Bojonegoro, tidak menjadikan saya ‘mengenal’ secara dalam bumi Angling Dharma itu. Tentu karena tempat tinggal saya terletak di perbatasan Bojonegoro-Ngawi dan sangat jauh dari pusat kota Bojonegoro. Seingat saya, saya pernah ke Bojonegoro (kota) beberapa kali saja, yaitu ketika mengikuti lomba-lomba (jaman SMP) dan terakhir saat mengurus SIM di Satlantas Bojonegoro. Selebihnya, tidak pernah!

Yang saya tahu dari Bojonegoro juga sangat terbatas, hanya hal-hal umum seperti makanan khasnya adalah Ledre, ada pertambangan minyak bumi, kerap dijuluki bumi Angling Dharma, slogan kabupatennya adalah Matoh! dan beberapa hal lain yang sifatnya semua-orang-juga –tahu. Bahkan pernah saya berpikir bahwa saya (dan beberapa teman lain) adalah ‘anak tiri’ Bojonegoro. Gimana nggak, secara status tinggal di Bojonegoro, tapi faktanya nggak tahu kotanya sama sekali! Kami jauh lebih akrab dengan Ngawi, yang bisa dicapai hanya dalam waktu 30 menit. Sehingga teman-teman SMK saya sering bertanya “Moso sih Margomulyo masuk Bojonegoro?”. Ya, kesannya Margomulyo (tempat saya tinggal) lebih pantas kalau ikut kabupaten Ngawi. Hehehe.

Lalu apa yang bisa saya lakukan untuk kota saya sendiri yang tidak saya kenal dan hanya saya kunjungi belum tentu sebulan sekali itu?

Beberapa prestasi yang pernah saya raih justru ‘membawa nama’ Ngawi, kiprah saya dalam organisasi juga lebih banyak di Ngawi, komunitas-komunitas yang saya ikuti juga banyak (atau bahkan semua) di Ngawi dan tempat saya tinggal sekarang adalah Ngawi! Bukan Bojonegoro!

Tapi, setiap kali menilik kampung halaman dan menapaki jengkal demi jengkal tanah kelahiran saya di Margomulyo-Bojonegoro sana, ada rasa ‘tanggung jawab’ yang serta merta muncul..

Setiap kali mengunjungi Kantor Desa untuk mengurus surat-surat dan melihat para pegawainya kesulitan mengoperasikan komputer, ada perasaan terpanggil dari dalam diri. Kenapa diam saja?

Setiap kali melihat kemajuan demi kemajuan yang pelan namun pasti hadir di Margomulyo, ada rasa bangga sekaligus sedih dalam hati, kalau Pemerintah bisa memperbaiki jalan raya dan sarana pendidikan, apa yang bisa saya lakukan?

Setiap kali melihat adik saya pergi ke SD tempat saya dulu juga belajar disana, sebagian pikiran saya akan melayang ke masa lampau. Di tanah inilah untuk pertama kalinya saya mengenal dunia, mengenal pendidikan, mau dikemanakan pendidikan yang sampai sekarang masih juga saya kejar?

Secara fisik saya memang tidak tinggal di Bojonegoro, seperti ratusan bahkan ribuan warga Bojonegoro lainnya. Tapi satu hal yang pasti, suatu saat kami semua akan kembali.. mengabdikan diri untuk kota kami sendiri, membawa semua yang kami dapat untuk memperbaiki kota kami, mendedikasikan kemampuan kami untuk membangun kota kami menjadi lebih baik, menyaksikan kota kami semakin tumbuh berkembang, tidak kalah dengan kota-kota lain.. kami menunggu waktu itu..

Kurindu kotaku, kurindu Bojonegoro..

*) Terima kasih untuk teman-teman SMP N 1 Margomulyo dan komunitas SUMARATU, mari lakukan sesuatu untuk Bojonegoro.. J

20 Maret 2011

WINWIN NGOMONGIN DUNIA TENAGA KERJA! :D


Banyak teman-teman Facebook yang ‘salah paham’ ketika ada statusku yang intinya aku sedang berada di luar kota. Pasti dikira aku lagi travelling alias jalan-jalan. Padahal mah bukaan.. kalaupun kadang bisa sambil jalan-jalan, itu haruslah setelah semua pekerjaan selesai (dan itu jarang sekali).

Jadi aku bekerja di BKK (Bursa Kerja Khusus) SMK N 1 Ngawi. Apa itu Bursa Kerja Khusus? BKK adalah perpanjangan tangan Dinas Tenaga Kerja yang ada di sekolah-sekolah khususnya SMK. Jadi tugas dari BKK adalah menyalurkan lulusan SMK ke dunia kerja sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Tapi bukan berarti semua lulusan SMK hanya bisa bekerja, banyak juga kok lulusan SMK yang bisa kuliah dan berwirausaha. SMK Bisa! :)

Nah, berhubung berurusan dengan tenaga kerja (termasuk penempatan), maka tugasku sebagai ‘petugas lapangan’ adalah mengantar para tenaga kerja tersebut ke pabrik ataupun ke yayasan (outsoourching) tempat mereka bernaung. Nah, udah pada paham kan kalau Bekasi itu salah satu kawasan industri yang paling ramai di Indonesia? that’s why aku sering banget ke Bekasi, jadi bukan utk jalan-jalan melainkan mengantar tenaga kerja :D

DARI HASIL PERTEMUAN BKK SE-JAWA 2011

Berhubungan dengan pekerjaanku di BKK, kemarin (tanggal 19 Maret) aku berkesempatan ikut serta dalam Pertemuan BKK Se-Jawa 2011 yang diadakan salah satu outsourching di Bekasi. Sebenarnya aku hanya mengantar ibuku (yang ketua BKK), tapi berhubung aku berperan jadi ‘sekretaris’ maka aku bisa ikut acara mulai pembukaan sampai penutupan (nggak hanya nunggu diluar pintu gituh. Hehe).

Dulu waktu masih di SMK, sering sekali aku mendapat ‘doktrin’ bahwa system kerja dengan perantara outsourching banyak merugikan tenaga kerja dan hanya menguntungkan pihak perusahaan. Begitu yang aku tahu sampai lulus SMK. Ketika sekarang berhubungan langsung dengan dunia itu (dunia tenaga kerja), aku bisa melihat masalah ini dari beberapa sisi. Well, tidak salah juga kalau dikatakan bekerja melalui yayasan atau outsourching merugikan tenaga kerja. Ini dikarenakan tenaga kerja harus membayar sejumlah uang untuk biaya mencari job itu sendiri, yang dibayarkan kepada yayasan. Namun kebaikannya adalah di yayasan biasanya terdapat banyak sekali job sehingga canaker (calon tenaga kerja) bisa lebih leluasa memilih pekerjaan apa yang cocok dengan kriteria yang dimilikinya. Ditambah lagi pihak yayasan juga biasanya membantu mengarahkan canaker ke perusahaan yang tepat.

Kemudian, status karyawan yang bekerja di perusahaan tertentu melalui yayasan adalah karyawan yayasan, bukan karyawan perusahaan tsb. Jadi penggajian, pemotongan gaji untuk pajak dan asuransi dan sebagainya dilakukan oleh yayasan. Ada pula yang mengatakan bahwa yayasan akan melakukan pemotongan gaji karyawannya. Benar, ada beberapa yayasan yang melakukan ini, tapi biasanya hanya berkisar puluhan ribu rupiah, tidak sampai ratusan ribu (untuk salah satu yayasan di Bekasi, berdasarkan penuturan tenaga kerja yang sudah bekerja di sebuah perusahaan di Bogor).

Sementara jika bekerja tanpa perantara outsourching, biasanya harus ditempuh dengan seleksi yang sangat sulit dan kesempatan terbatas (tidak banyak pabrik yang mau menyeleksi karyawannya sendiri, kebanyakan diserahkan ke yayasan). Sebagai contoh, salah satu perusahaan sparepart yang cukup besar di Cikarang, pernah melakukan seleksi calon tenaga kerja di Ngawi. Dari sekitar 450 orang yang ikut seleksi, kurang dari 40 orang yang diterima! Dan kesempatan tes langsung dengan pabrik seperti itu biasanya hanya ada satu kali dalam setahun. Sementara di yayasan selalu ada pekerjaan sepanjang tahun. Tapi memang secara status, karyawan yang lulus seleksi tersebut akan dikontrak langsung oleh perusahaan dan semua hal terkait karyawan ybs diurusi langsung oleh perusahaan.

Dalam pertemuan kemarin, sekitar 25 utusan BKK dari seluruh Jawa (Timur, Tengah, Barat) berdiskusi seputar pengiriman tenaga kerja dan permasalahannya. Ada setidaknya 23 masalah yang akhirnya terangkat dalam forum. Diantaranya mengenai lamanya masa menunggu di yayasan bagi canaker yang tinggi badannya kurang (job utk tenaga kerja dengan TB pendek masih terbatas), fasilitas antar jemput di perusahaan yang belum tertangani dengan maksimal, lowongan kerja yang sering datang mendadak ketika canaker belum siap, dan sebagainya. Kesemuanya dibahas tuntas sampai sekitar jam 1 siang (acara seharusnya dimulai jam 8, tapi karena banyak yang telat, termasuk aku dan ibuku :D, jadinya acara dimulai jam 9).

Setelah forum tanya jawab dan diskusi ada juga sesi pembagian reward kepada BKK dengan jumlah pengiriman tenaga kerja terbanyak sepanjang 2010. Juara 1 diraih BKK SMK YPT Tegal, juara 2 BKK Klaten dan juara 3 BKK Wangon. Oya lupa, pemimpin yayasan tempat diadakannya pertemuan itu adalah seorang raja Batak bergelar ‘Daulat Raja Agung Panuturi Hasadaon’ loh! Sayang beliau nggak bisa hadir karena ada pekerjaan lain yg nggak bisa ditinggalin, jadi nggak ketemu Raja deh. Hehehe.

Pulang acara sekitar jam 4 sore, seperti yang sudah kutulis di status, aku dan ibuku sangat (tidak) beruntung karena mendapat bus eksekutif yang sama sekali tidak eksekutif! Udah dapet bangku paling belakang, AC nggak dingin sama sekali, pas hujan ada yang bocor, mau naruh tas nggak ada tempat pula. Huh! Tapi berhubung itu satu-satunya bis yang tersisa dan besoknya (hari Minggu 20 Maret) ada tes kerja di Ngawi, kami pun mencoba menerima bis itu apa adanya..:D

Paginya, sampai Ngawi sekitar jam 6 pagi. Langsung cari sarapan, mandi, siap-siap dan udah deh cabut ke SMK N 1 Ngawi untuk meng-handle tes kerja dengan peserta 274 orang! Terus mana istirahatnyaa? Silakan dipikir sendiri, beginilah crew BKK bekerja.. :D

15 Maret 2011

Diary Calon Guru: Beasiswa!



Para calon guru di kampusku lagi heboh tentang beasiswa. Tentunya Winwin termasuk di dalam kehebohan itu. hehe.. iyalah, siapa yang nggak mau dikasih beasiswa? mereka yang IPnya pas-pasan pun sebenernya juga pasti mau dapet beasiswa, cuma karena kesempatan memang terbatas jadinya harus 'bertanding' dulu untuk menentukan mana yang pantas. semoga aku, Aminn...

Nah, ngomong-ngomong soal beasiswa nih, jadi keinget gimana suka-duka, pahit-getir, asam-manis dan panas-dinginnya beasiswa sepanjang karier kependidikanku. halah!

Pertama kali dapet beasiswa, aku inget banget, pas aku kelas 4 SD.

Waktu itu beasiswa yang kudapat sebesar Rp. 60.000,-. Nah karena masih anak kecil yang lugu, polos, baik hati dan tidak sombong. hehehe. jadilah aku (dan semua teman-temanku, kukira) tidak sadar kalau beasiswa kami sempat dikorupsi kepala sekolah! huhuhu..

Ibu Kepala Sekolah SDku yang sangat kucintai dan kuhormati, maafkan anakmu ini yang lancang akan menuliskan kisah lama kita itu, sungguh tak ada maksud menjelek-jelekanmu, hanya mencoba mengamankan kisah yang penuh pelajaran itu dalam tulisan. Tak apa ya, bu? Oke oke? Deal! :D

jadi begini, dari uang 60 ribu itu (waktu itu masih bernilai bangeettt, jauh dari nilai 60 ribu sekarang), kepala sekolah mengatakan bahwa ada potongan sebesar 20 ribu untuk biaya pembuatan papan nama sekolah. Nah loh.. sejak kapan papan nama sekolah (yg di depan sekolahan) dibuat atas sokongan dana siswa yang menerima beasiswa? lagian mana cukupp?? entahlah, mungkin karena (kembali lagi) masih kecil, lugu dan polos (ceileh), maka aku dan kawan-kawanku kala itu mengangguk saja dan menerima kenyataan beasiswa kami dipotong 20 ribu untuk sumbangan papan nama itu.

Namun ternyata eh ternyata, bapak ibu guru yang mencium gelagat tidak baik ibu kepala Sekolah itu tidak mau tinggal diam. tanpa sepengetahuan ibu KS, guru-guru sepakat untuk mengundang orang tua kami (penerima beasiswa) agar datang ke sekolah dan mempertanyakan seputar uang 20 ribu itu. ya semacam 'Demo Terencana' gitu deh. (untung nggak ada hukuman untuk demo berencana seperti pembunuhan berencana ya? hehehe).

akhirnya orang tua kami mendatangi sekolah. Membawa cangkul, bibit dan pupuk, tak lupa bekal makan siang dalam rantang. Loh loh.. mau ke sekolah apa mau ke sawah? eh salah, maksudnya datang ke sekolah untuk mempertanyakan seputar uang itu kepada ibu KS. hehehe.. taukah apa yang terjadi?

sepertinya ibu KS sudah mencium (atau mendengar ya?) rencana pen'demo'an dirinya. jadi ketika para orang tua mendatangi beliau, beliau menjawab dengan anggun (entah apa yang dikatakan, aku nggak tau, pokoknya biar dramatis disebut 'anggun' aja ya :p) dan menyerahkan uang sebesar 20 ribu kepada setiap orang tua yang hadir dengan rapi di dalam amplop! waah... syukurlah!

akhirnya sejak itu, setiap tahun aku mendapat beasiswa 60 ribu rupiah. uniknya, peraturan bagi mereka yang mendapat beasiswa adalah uang itu harus dibelikan kebutuhan sekolah dan masing-masing harus membuat 'Buku Laporan Penggunaan Beasiswa' yang harus ditanda tangani oleh KS. isinya adalah perincian uang 60 ribu itu digunakan untuk apa saja, nggak mungkin kan mau ditulis digunakan untuk jalan-jalan ke Mall? (yah mana ada Mall di kampungku? :D). Jadilah semua yang mendapat beasiswa akan malu pada dirinya sendiri jika tidak memakai sepatu baru ke sekolah sementara dibukunya tertulis jelas 'membeli sepatu baru'. hehehe..

masa SD berakhri, lanjut Esempe!

yang paling unik dari kisah beasiswa di SMP, waktu itu aku kelas 3. Aku agak lupa berapa besarnya, pokoknya beasiswa di SMP ku unik banget deh. Kalau tidak salah (berarti bener ya? hehe) sebenernya satu orang yang mendapat beasiswa berhak dapet uang 600ribu. Nah, berhubung Bendahara Sekolah kala itu (pak Puji namanya) orangnya baiiikkk banget dan nggak tegaan kalo liat ada 5 siswa pandai sementara yang dapet uang hanya 3, jadilah beasiswa itu dipecah.

ya, jadi semisal sekolah mengusulkan 3 orang untuk mendapat beasiswa, ketika uang beasiswa itu turun maka yang mendapat uang adalah 6 bahkan 9 dan uangnya dibagi rata! bayangpun sodara sodaraa..!

yang lebih kreatif lagi, pak Puji pernah punya ide untuk 'mengkambingkan' beasiswa alias menggunakan uang beasiswa untuk membeli kambing (menyuruh yang dapet beasiswa untuk memberi kambing lebih tepatnya). tujuannya jelas, agar uang itu bisa berkembang dan nilainya juga akan menjadi lebih banyak dibanding jumlah uang yang didapat siswa. tapi berhubung kala itu lagi nge-tren banget buku Erlangga dan Yudisthira yang harganya selangit, para siswa yang mendapat beasiswa (termasuk aku) terpaksa tidak mengkambingkan uang itu dan menggunakannya untuk membayar buku paket. Tapi itu adalah sebuah ide luar biasa, pak Puji!

di SMK, lain lagi ceritanya..

beasiswa paling menggembirakan (sekaligus menyakitkan) bagiku tentu saja beasiswa ke Swiss ketika aku masih duduk di kelas 2. ya, diatas kertas aku pernah mendapat kesempatan belajar di Swiss selama 1 tahun. namun entah karena apa program itu tiba-tiba beasiswa itu dibatalkan! hufh.. padahal sejak detik diumumkan bahwa aku mendapat beasiswa itu, tak pernah absen rasanya aku mengunjungi ICT-C (Information and Communication Technologi Center/ tempat ngenet gratis di sekolah) dan berburu informasi tentang Swiss. budayanya, kehidupan sosialnya, makanannya, orang-orangnya, semuanya!

ini rahasia, tapi biarlah kubagi disini. Sejak dibatalkannya program itulah, aku berjanji pada diriku sendiri. SUATU SAAT AKU AKAN MENDAPATKAN KESEMPATAN ITU LAGI! SUATU SAAT AKU AKAN BELAJAR DI LUAR NEGERI! (inilah kenapa aku sangat ingin keluar negeri)

ya, diantara bertumpuk kekecewaan yang sangat atas pembatalan-tanpa-alasan itu, aku justru menemukan 'dendam' besar dalam hati yang melahirkan semangat besar: SUATU SAAT AKU PASTI BISA BELAJAR DI LUAR NEGERI! akan kubuktikan bahwa aku bisa, akan kubanggakan orang tuaku yang sudah kuanggap kecewa kala itu (ah, nggak ding! orang tuaku selalu bangga padaku, selalu menyayangiku walau aku belum jua bisa membanggakan mereka. maafkan aku, pahlawanku!)

dan akhirnya aku terdampar di kampus kecil di kota kecil dengan semangat yang besar. aku mantap memilih jurusan bahasa Inggris, berharap dengan ini aku bisa menggapai mimpiku itu...

ah, sudah malam. besok aku harus pulang ke Bojonegoro untuk mengambil KK dan mengurus surat di kelurahan untuk mengajukan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik/Beasiswa prestasi) di kampus. doakan aku berhasil ya kawan, doakan pula suatu saat aku bisa belajar di luar negeri seperti mimpiku.. Amin..

Dream was born to be reality!

23.36 WIB

(horai! aku begadang untuk nulis! :p)

12 Maret 2011

Diary Calon Guru: IP = Indeks Pemenang/Indeks Pecundang?



Sudah beberapa hari aku kesulitan mengambil IP (Indeks Prestasi) di kampus. Eiitss bukan karena belum bayar loh. Hehehe. Justru karena aku dapet beasiswa jadinya agak ribet.

Ketika diumumkan bahwa aku termasuk salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa (PPA), aku langsung ke BAU (Bagian Administrasi Umum) untuk mengurus pembayaran SPP. Ya, jadi aku tidak menerima beasiswaku secara penuh melainkan langsung dibayarkan SPP dan aku menerima sisanya (yang lumayan banyak untuk ukuranku). Alhamdulillah.

Nah, karena bayarnya di awal, aku hanya diberi kwitansi sementara (tulisan tangan) oleh petugas pembayaran. Semester sebelumnya aku juga mendapat kwitansi serupa yang bisa kugunakan untuk mengambil Kartu Hasil Ujian (KHU).

Ternyata semester kali ini berbeda. Kwitansiku ditolak!

Jadi aku harus menukarkan kwitansi tulisan tangan itu dengan kwitansi dalam bentuk print out. Tidak hanya KHU, akupun tidak bisa mengambil Kartu Absensi dan Kartu Rencana Studi-ku karena lagi-lagi kwitansiku ditolak!

Sebenarnya simpel. Aku hanya perlu menukarkan kwitansiku yang ditulis tangan itu dengan bentuk print out di BAU. Tapi ternyata tak semudah yang kubayangkan, berkali-kali aku ke loket BAU, berkali-kali pula pas tutup! Ini berlangsung sekitar 5 hari, sementara teman-temanku yang lain udah pada tau hasil kerja keras mereka di semester 3, aku masih harus bolak-balik kek BAU berharap sekalii saja tepat waktu.

Sebenarnya sudah sering aku bertanya pada petugas lain, kapan loket penukaran kwitansi dibuka. Jawabannya selalu sama pula, antara jam 14.00 sampai jam 15.00. Setiap aku ke loket jam 14.00, pasti belum buka, jam 15.00 aku ada jadwal, jam 15.30 ketika ada jeda kuliah, seringnya sudah tutup! Arrggh.. padahal kampus kecil di kota kecil pula, susah banget sih mau ketemu petugas pencetak kwitansi ajaa? Huh!

Akhirnya, kemarin sekitar jam 14.30 aku bisa ke BAU (karena ada jam kosong). Sampai di BAU, seperti biasanya loket tutup. Sepertinya loket selalu tutup setiap aku datang :p. kuputuskan untuk menunggu, ditemani Aik sahabatku (sudah kuceritakan siapa Aik di notes sebelumnya). Sekitar 15 menit menunggu akhirnya yang kutunggu-tunggu datang. Kusodorkan 4 lembar kwitansiku yang kesemuanya ditulis tangan. 1 kwitansi bukti pembayaran pendaftaran dan 3 kwitansi pembayaran SPP. Kontan Pak Petugas Pencetak Kwitansi langsung mempertanyakan perihal koleksi kwitansiku itu.

Petugas Kwitansi (PK): “ Loh mbak, kok kwitansinya tulisan tangan semua? Kenapa nggak pernah ditukar?”

Winwin Aja (WA): “Iya pak. Biasanya kan saya ambil IP juga pakai kwitansi itu dan diterima, baru semester kali ini aja ditolak. Jadi sebelum-sebelumnya nggak saya tukar deh. Hehehe ”

PK: “Wah.. nggak boleh gitu mbak, harusnya setiap kwitansi yang seperti ini ditukar sama yang bentuk print out..”

WA: “Iya pak. Makanya ini mau ditukaaarr….”

PK: “Beasiswa ya, mbak?”

WA: “Iya Pak, Alhamdulillah..”

Terus? Udah! Ternyata cuma memastikan aja aku dapet beasiswa atau nggak. Capee deh!

Hanya sekitar 5 menit ternyata, kwitansiku berubah wujud. Langsung saja aku mengambil KRS, Kartu Absensi dan IP ku.

Hasilnya… Alhamdulillah.. tidak mengecewakan. Meski beberapa teman mengaku IP nya turun, Alhamdulillah IP ku naik, sebelumnya 3,68 kali ini 3, 75. Dan IPK ku menjadi 3,71.. Alhamdulillah terima kasih ya Allah…it was such an unbelieveable score!

Padahal sering sekali aku was-was dengan nilaiku. Gimana nggak, seingatku tak ada satu mata kuliah pun yang aku nggak pernah absen. Aku pernah absen di semua mata kuliah, meski tidak terlalu sering, paling hanya 1 atau 2 hari. Tapi jika melihat dosen-dosen yang semakin ketat masalah absensi, aku lumayan takut juga nilaiku anjlok hanya karena absensi. Apalagi sering juga aku telat. Hehehe..

Masalah yang satu ini memang sepertinya sudah melekat padaku. Aku tak malu jika disebut Miss Coming Late karena memang begitulah aku, sering telat!

Tapi kembali lagi ini karena pekerjaanku. Mau gimana lagi, telat tidak bisa dihindari ketika ada pekerjaan urgent yang memang harus segera diselesaikan. Meski begitu, sebenarnya tak ada niatan sama sekali untuk datang terlambat, kecuali di mata kuliah yang dosennya bosenin. Hehehe.

Jika harus mengantar tenaga kerja, ke Bekasi misalnya. Sudah pasti minimal aku akan absen 2 hari. Itupun sama sekali aku tidak punya waktu istirahat kecuali di perjalanan. Semisal hari Senin aku berangkat, Selasa pagi sampai Bekasi, sorenya pulang dan Rabu pagi sampai Ngawi lagi. Setelah sampai rumah aku akan disibukkan dengan pekerjaan rumah dan tugas kuliah yang belum kukerjakan, tidak ada waktu istirahat. Jadi siangnya aku langsung ke kampus.

Tapi insyaAllah aku tidak pernah ketinggalan mengerjakan tugas. Ini mungkin yang mendongkrak nilaiku. Walau itu sering harus dibayar dengan begadang sampai tengah malam, aku paling tidak bisa meremehkan tugas kuliah. Bagiku tugas-tugas selama masa perkuliahan itulah ‘ujian’ sesungguhnya. Beberapa dosen berpikiran sama, beberapa yang lain tidak.

Kuliah sambil bekerja memang memberi tantangan tersendiri. Khususnya masalah pembagian waktu. Sangat sering aku kebingungan membagi waktu dan mau tidak mau harus meninggalkan jam kuliah karena tidak ada yang bisa menggantikanku. Kalau sudah begini, mottoku hanya satu: Jika aku tidak masuk kuliah, yang akan rugi hanyalah diriku sendiri, tapi jika aku meninggalkan pekerjaanku, banyak orang akan rugi. Ya, begitulah adanya karena aku bekerja di lembaga penyalur tenaga kerja. Bayangkan saja jika aku mogok mengantar tenaga kerja, setidaknya 10 orang calon tenaga kerja (jumlah minimal untuk diantarkan) tidak akan bisa mendapat pekerjaan mereka karena tidak ada yang mengurus administrasinya. Memang ada kakakku yang bisa menggantikanku sewaktu-waktu jika terpaksa. Tapi beliau hanya bisa menggantikanku jika prosesnya di Ngawi. Jika proses seleksi di kota lain, hanya aku yang bisa (karena tidak ada petugas lain). Pun begitu, untunglah aku bisa menyesuaikan dengan ritme perkuliahan.

Kembali ke judul (setelah berpanjang lebar. Hehehe).

Jadi apakah IP adalah Indeks Pemenang atau Indeks Pecundang?

Jawabannya kembali ke setiap mahasiswa itu sendiri. Kalau si mahasiswa mendapat IP itu benar-benar atas kerja kerasnya (dan tidak mencontek!), maka IP yang didapatnya, berapapun nilai yang tercantum, adalah sebuah Indeks Pemenang. Indeks yang menggambarkan bahwa si empunya nilai benar-benar telah berjuang dengan fair dan benar-benar mendapat nilai-nilai itu tanpa rekayasa.

Sebaliknya, ada pula IP yang berarti Indeks Pecundang. Yaitu IP yang didapat tanpa perjuangan alias ‘menumpang’ perjuangan orang lain. Ini akan terasa (katanya) jika kita sudah lulus dan bekerja, ketika itu barisan nilai-nilai itu tidak akan berguna lagi kecuali jika memang didapat melalui perjuangan sendiri.

Jadi, teman-teman ku tersayangggg…

Selamat menikmati IP kalian ya, berapapun itu, kuyakin nilai kalian adalah Indeks Pemenang (kan?). Yang nilainya menurun, berarti itu adalah pelecut semangat untuk semester baru yang akan kita jalani. Yang nilainya jelek, walau jelek asal jujur tetep bangga dongg?? Dan yang nilainya naik (ehem!), semoga bisa mempertahankan di semester ini, syukur-syukur bisa ditingkatkan. Aaammiinn…

Dan untuk Bapak Ibu Dosen yang saya hormati, terima kasih telah mempercayakan nilai-nilai luar biasa itu untukku. insyaAllah akan kujaga sepenuh hati.. J

Tetap Semangaat!!

10 Maret 2011

Diary Calon Guru: Ketika Akhirnya Aku HARUS Menangis..

ini lanjutan yang kemarin ya kawannn.. :)

oke, si Mas Penjaga Rental nggak bisa bantu aku convert file dari ms. Word ke Pdf. begini kira-kira perdebatan kala itu:

"Mas, mau convert ms. Word ke Pdf. bisa kan?"

"nggak bisa mbak. software nya ndak ada.."

"Loh mas dulu saya pernah kesini bisa lo."

" nggak bisa mbaakk.. softwarenya itu nggak adaa.." *mulai sewot*

"masa sih mas? detlen nihh.. tolong dibantu ya.. " (kalo ada pak Tarno ditambahin sim salabim jadi apa, prok prok prook.:p)

"nggak bisa mbaakk.." *makin emosi*

udahlah, buang buang waktu!

udah jam 9 lagi. maka dengan modal nekat aku masuk ke warnet. nah loh, ngapain? Facebook-kan getoo? iyalah, aku buka Facebook, bukan untuk update status, tapi untuk kontak temenku yang bisa convert ms. Word ke Pdf. namun naas... :(

sumpe deh koneksinya lemootttt.. abis!

akhirnya keinget sama kakak Bloggerku tercinta yang direktur Oriflame dari Jogja, kak Wiwin Pratiwanggini namanya. seingatku beliau bisa juga. karena aku punya nomor HPnya, segera deh ku sms, sambil tetep cari-cari situs converter online ditemeni Aik, sahabat dan anggota kelompokku yang udah gabung dengan keruwetan hari selasa itu..

kak, bisa convert ms. Word ke Pdf? urgent nih.. plisss. kukirim sms ke kak Wiwin

bisa. jawabnya cepat.

bersamaan dengan sms yang masuk dari kak Wiwin itulah, situs converter online yang iseng-iseng kuikuti petunjuknya, mengirimkan hasil convert-an nya ke imelku (yang juga sudah kubuka sejak awal). dan selang waktu antara aku masukin data ke situs itu dan aku nerima email kayaknya nggak ada 2 menit! makanya,temen-temen sekalian kalo lagi bingung convert, coba kunjungi link ini aja ya: http://www.pdfonline.com/pdf2word/index.asp

gratis, praktis, nggak sampe 2 menit! sumpaahh keren abis!

akhirnya aku nggak jadi minta tolong ke kak Wiwin. hehe. but thanks a lot for all your readiness to help me, my great sista! :)

oke, kembali ke nasib karya tulis. aku bersyukuuurr banget akhirnya bisa melengkapi dokumen dengan mudah atas bantuan converter online tadi (yang meskipun internetnya lemot abis masih bisa diandalkan). di depan warnet aku ketemu satu lagi anggota timku (1 tim 3 orang) yang lagi rapat di kantor Diknas (dia guru TK loh!). tak apalah dia tak ikut keruwetan ini, sebelum dan setelah proses ini dia juga telah dan akan berkorban banyak..:D

lanjut ke kampus bareng si Aik untuk cari Surat Pengantar. begitu sampai di BAU (Bagian Administrasi Umum) kampus, kami langsung ketemu mas A (disebut gitu ajalah, nanti bakalan aku jelek-jelekin soalnya :p) dengan sebatang rokok yang setia di tangannya. beliaulah yang biasa membuatkan segala macam surat untuk mahasiswa (kecuali surat nikah, ding!). maka dimulailah adegan Drama Queen yang bikin aku nangis bombay itu..

Winwin Masih Semangat (WMS): " Mas, mau minta Surat Pengantar Lomba.."

Mas A Nyebelin (MAN) :"oh iya mbak. Lomba apa? mana surat (edaran)nya?" *masih kalem*

Aik Temen Winwin (ATW): "nih mas.." *sambil nyerahin surat.."

MAN: " wah mbak.. ndak bisa nih. suratnya belum di disposisi. saya nggak berani bikinkan surat pengantar"

WMS : "wah mas hari ini harus sudah dikirim.. harus ada surat pengantarr.."

MAN : " idih si mbak, ya wis nyusul aja nanti di fax kalo surat ini sudah ada disposisinya baru saya bisa bikin surat pengantar.."

ATW : " ya mana boleh masss.. harus disertain di karya tulis yang akan kami kirim tauuk.." *Aik dan aku mulai emosi*

MAN: " ya nggak bisa, saya nggak bisa bikin surat untuk kalian. titik.. lagian juga kenapa mepet gini waktunya?"

WMS:"mas, ini tuh udah hari terakhir, harus dikirim, nggak usah pake debat deh, tolong ya mass.." *mencoba bijak, padahal udah dongkol bangetttt..*

akhirnya perdebatan itu tak menghasilkan apa-apa kecuali aku yang makin emosi dan si Mas A yang kekeuh aja dengan pendiriannya: nggak mau bikinin surat pengantar!

kutelepon dosen pembimbing lomba kami. setelah dikasih beberapa instruksi, aku kembali menghadap mas A (kalo nggak inget-inget butuh udah males kaleee). Bismillah, perdebatan ronde kedua dibuka..

Winwin Mulai Emosi (WME): "mas, ini tuh suratnya memang online, di download dari internet dan memang Dikti Pusat ndak ngirim suratnya via pos, jadi kalo memang belum di disposisi kan wajar, mungkin juga pak Ketua (rektor) belum tau tentang surat ini, tapi ini memang surat resmi beneran mas, di download dari web Dikti untuk kampus kita" aku baru sadar, mungkin memang dosen pembimbingku salah, belum memberikan surat ini kepada ketua sehingga tidak ada disposisi, tapi sebagai staf BAU yang baik si Mas A seharusnya juga nggak gitu-gitu amat dong, lha wong ini detlen gituh!

Mas A Tetep Nyebelin (MATN) : " loh loh ya tetep saja to mbak, mana bisa saya bikinkan surat pengantar yang sumbernya aja belum diketahui pak ketua gitu? *masih sambil isep rokok*

Aik Temen WInwin (ATW): "mas, sekali lagi ini harus sudah dikirim hari ini, lagian pak WIdya (rektor) aja udah kasih ACC di karya tulis kami mas.. masa masih nggak bs juga sih? *mulai emosi*

MATN: " udah deh mbak, nggak bisa!" sambil berlalu meninggalkan kami dan kembali ke pekerjaannya.

akhinrya kutelepon (lagi) dosen pembimbingku, maksudku biar beliau saja yang ngomong sama si MATN itu, biar percaya kalau kami memang harus dibuatkan surat pagi itu juga (waktu itu sekitar jam 10). dan tahukah apa jawaban si MATN ketika kusodorkan HPku agar beliau bisa berbicara langsung sama dosen pembimbing?

MATN : *masih sambil ngrokok, dengan tatapan yang sumpah nyebelin abis!* " percuma mbak, mau ngapa-ngapain juga saya nggak akan bisa bikinkan surat untuk kalian. titik."

dan Beliau nggak mau nerima HPku, nggak mau ngomong sama dosen pembimbingku yang sebenernya mau jelasin ke beliau.. :((

ketika itu aku sudah menangis, sudah jam 10 lebih dan JNE (yang menurutku bisa ngirim paling cpet) bisa kirim dokumen dalam waktu sehari jika dokumen diterima kurang dari jam 11.

Mas A yang Nyebelinnn.. kenapa sih sama sekali nggak mau tau kalau kita butuh surat itu? kenapa sih sebegitu takutnya mengambil resiko membuatkan satu lembar surat yang nggak akan membuat Anda dipecat? kenapa sih nggak mau bikin surat untuk mahasiswa yang jelas-jelas sudah di ACC karya tulisnya oleh rektor? hanya karena tidak ada disposisi? kenapa juga nggak mau ngomong sama dosen pembimbingku??

the last option, sekitar setengah sebelas, kami berdua (Aku dan Aik) ke rumah Rektor kami. Alhamdulillah beliau ada dirumah (beliau hari itu jadwal datang ke kampusnya sore). dengan menangis (beneran!) aku menghadap beliau yang sangat penyabar itu.

Winwin Menangis (WM): "pak, kami ng-ng-nggak dibikin s-surat sama BAU. k-k-katanya nggak boleh padahal ini udah deadline lomba karya tulis" (bukan gagap tapi sambil nangis)

Aik Masih Tegar (AMT): "iya pak, di kampus ribet banget, kami minta surat nggak dikasih.."

pak Widya Baik (PWB): "oke oke, sekarang mau kalian gimana?" (sebenernya sempet ada beberapa kalimat lain termasuk kalimat hiburan untukku yang lagi nangis dan kata-kata semangat, tapi kalimat terakhirnya itu, biar ringkas ya udah ditulis kalimat terakhir aja ya:P)

WM: "minta dibikinkan memo ya pak.."

AMT:" iya pak biar BAU mau bikin surat.."

akhirnya pak Widya menulis beberapa kata ajaib dilengkapi tanda tangan sakti itu di selembar kertas block-note seminar. dan meluncurlah kami, aku dan Aik, dengan kecepatan tinggi ke kampus. harus bertemu lagi dengan Mas A dan menyodorkan memo pak Widya itu agar bisa dibuatkan surat.

"Mas, ini ada memo dari pak Widya, tolong dibikinkan suratnya" Aik yang berbicara, aku udah mulai males ngomong sama si mas A

"oh.. oke" kata si mas A sambil mengamati memo sakti itu

setelah beberapa saat..

"eh mbak, ini surat pengantarnya yang kayak gimana?" tanya si mas A

gubrakk!

masa nggak bisa sih bikin surat pengantar lomba karya tulissss??? iya sih emang jarang (atau nggak ada?) mahasiswa yang rajin ikut karya tulis, seingatku sejak aku masuk kampus ini hanya aku dan kakakku yang pernah, yang lain nggak tau deh.

pendek kata akhirnya si mas A Nyebelin dengan pedenya nyuruh aku bikin surat itu sendiri dan dia ngrokok di sudut ruangan yang lain. BAGUS!

dengan masih shock dan agak sesenggukan, sisa nangis sebelumnya, aku membuat selembar surat pengantar dan daftar rekap peserta (yang isinya hanya satu peserta dari kampus kami yang ikut, yaitu aku dan kawan-kawan) dengan kedua tanganku sendiri, dibantu Aik yang (luar biasa) masih tegar, nggak emosi kayak aku.. good job, sista!

setelah jadi dan di print, kami kembali harus minta tanda tangan rektor langsung kerumah beliau (karena beliau belum di kampus). kali ini aku bagi tugas, Aik kerumah rektor dan aku mencari agen pengiriman dokumen, kutinggalkan mas A yang Nyebelin tanpa pamit, sementara Aik masih sempet sedikit basa-basi. aku mah ogah!

sampai rumah pak Widya, tahukah Anda sodaraa?? ternyata beliau lagi keluar! jadilah si Aik harus nunggu sampe beliau pulang baru dapet tanda tangan, sementara aku kesana kemari cari agen pengiriman dokumen yang paling cepet sampe nemu "beX", sebuah agen pengiriman dokumen yang janji bisa ngirim dalam waktu sehari, dengan biaya agak mahal. ya wis, tak apalah tabungan kami ludes, yang penting karya ilmiah terkirim!

setelah mendapat tanda tangan rektor, Aik kembali ke kampus untuk minta stempel dan BAU tutup!

sempurna!

sekitar jam 12 sampai jam 2 memang ternyata BAU tutup. itu semacam waktu rehat. karena kelas pagi diakhiri sekitar jam 12 (kalau tidak salah) dan kelas sore mulai jam 2. untunglah beX buka sampai jam 3 sore jadi dua lembar surat itu nantinya bisa disusulkan ke amplop coklat yang sudah aku serahkan ke petugas.

kusuruh Aik untuk pulang dan tugas mencari stempel kuserahkan pada seorang lagi anggota kelompokku, Tiara, yang berhasil mendapat stempel itu sekitar jam 2.30 siang lalu langsung diserahkannya ke beX untuk ikut dikirimkan bersama karya tulis ilmiah kami. sementara aku harus kembali lagi ke duniaku, mengurusi pemberangkatan tenaga kerja!

ya, begitulah. 3 mahasiswa sedang berjuang, mencoba ikut perlombaan nasional, meski ribet bin nyebelin prosedurnya, kami tetap optimis, semoga dewan juri terkesan dengan 14 lembar kertas itu dan kami bisa membuktikan bahwa kami bisa.. Ammin..

terima kasih yang sebesar-besarnya untuk:

1. Dyah Ayu Anugrahini (AIK), terima kasih telah menahan lapar, mau berhujan-hujan ria, mondar-mandir sana sini dan tetap tegar kala aku sudah terlalu capek dan menangis.

2. Tiara Dyah Andriani (TIARA), terima kasih untuk semua masukan-masukannya di karya tulis kita, khususnya di bag. kajian pustaka, you did your job very well, my lil sista!

3. Miss Nungki, for checking our 'abstract' and all..

4. Pak Wikanso, terima kasih telah membimbing

5. Pak Widya, terima kasih untuk memo sakti dan tanda tangan ajaib serta semangatnya.

6. Mas A, terima kasih telah membuat perjuangan kami bertiga semakin berwarna, maafkan untuk segala salah dan marahku, semoga Anda segera berhenti merokok!

7. beX, terima kasih atas jasa pengiriman expressnya. yang di Ngawi, alamat beX ada di jl. A Yani (deket terminal lama, kalau dari arah Madiun sebelah kiri jalan, sebelum toko bangunan)

hehehe.. udah kayak bikin buku aja yak ada ucapan terima kasihnya? :D

intinya lomba kali ini termasuk jajaran lomba yang paling berkesan untukku, karena perjuangannya tentunya,meski belum pengumuman, minimal kisah dibalik keikutsertaan aku dan dua temanku ini memberiku banyak pelajaran..

Thanks for reading,

salam semangat!

doakan menang yaaa....:)

09 Maret 2011

Diary Calon Guru: Mau Ikut Lomba Karya Tulis Aja Susah Banget, siihh?

Dengan segenap keterbatasan, aku juga masih ingin mencetak prestasi, membanggakan institusi tempatku belajar. Tapi kenapa harus dipersulit?

hmm...

kesampaian juga akhirnya ketemu lembar putih diary online ini. udah dari kemarin pengen banget share tentang status FB 'kenapa winwin menangis' itu. tapi dikarenakan beberapa alasan, akhirnya baru sekarang bisa nulis notes. gak papa yak?

oke, kemarin aku bener-bener nangis! dan yang lebih heboh lagi, aku nangis di depan bapak Ketua STKIP PGRI Ngawi yang terhormat, sodara!

kenapa harus menangis?

ceritanya panjang, berawal dari sekitar 2 minggu yang lalu ketika salah seorang dosen memberi info lomba karya tulis ilmiah. jelas aku mengiyakan, lalu mencari 2 teman sebagai anggota tim. mulailah kami bekerja, nulis ini itu, ngumpulin data kesana kemari, cari referensi, dkk sampai draft kami jadi.

setelah draft jadi, masalah pertama muncul. kami tidak bisa menemui dosen pembimbing karena jadwalnya selalu bentrok. satu-satunya media konsultasi cuma sms dan telepon. namun Alhamdulillah kami bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah sebanyak 14 halaman itu. dan akhirnya kami baru bisa bertemu beliau (dosen pembimbing) hari senin, 7 maret 2011. padahal deadline lomba itu tanggal 10 Maret. bayangpun!

setelah dilihat, ada beberapa bagian yang harus diedit. oya, lupa, hari senin pagi jam 2 dini hari aku harus mengantar kakakku ke bandara Juanda krn beliau akan pergi ke Makassar. pulang sampai Ngawi jam 5 sore dan jam segitu juga aku dan temenku ketemu pak dosen pembimbing.

karena harus diedit hari itu juga (karena tanggal 8 harus dikirim), jadilah kami pontang-panting kesana kemari. pertama ke rental (karena printer dirumah lagi error), ngedit tulisan dengan baju basah kuyup karena pas perjalanan dari kampus ke rental hujan lumayan lebat dan kami nekat! udah gitu, pas udah di print, pake ada salah lay out segala jadi harus di print ulang.. Alamaakk, padahal itu udah harus nguras uang saku demi ngeprinttt..

oke, print mengeprint akhirnya selesai. lantas kami harus cari tanda tangan (dosen pembimbing, ketua program studi dan ketua/rektor kampus). untuk dosen pembimbing dan ketua jurusan bisa kami dapat di kampus. tapi ternyata bapak rektor udah pulang dan kami harus ke rumah beliau. masih, dengan baju basah dan kedinginan yang sangat. plus, lapeerr!!

done! tanda tangan didapat. kami fikir masalah selesai. tinggal esok hari merubah file kedalam bentuk Pdf dan mengirimkan naskah itu, selesai! (persyaratan lomba salah satunya harus dilengkapi file dalam bentuk Pdf). berbekal pengalamanku mencari rental yang bisa convert ms.Word ke Pdf beberapa bulan lalu (ada di notes "Ya Allah, Hamba Ingin Jadi Penulis!"), aku nyantai aja. besok sebelum ngirim aja, pikirku.

jadi sudah, agenda hari itu, 7 maret 1011 kami akhiri sekitar jam 8 malem. aku pulang dengan baju basah, perut keroncongan, dan satu jilid karya tulis ilmiah bersampul hijau. untung ibuk nggak marah, padahal biasanya aku pulang telat sedikit aja udah cemberut.. :D thanks, mommy!

baru sadar, seharian itu aku muter-muter 7 keliling1. pagi jam 2 dini hari berangkat ke Surabaya, terjebak kemacetan di Sidoarjo, sampai Bandara hampiiirr aja telat, pulang sendirian ke Ngawi, sampai ke Ngawi langsung muter-muter ngurus karya tulis itu.. hmm.. demi lomba nulis, okelah..:)

Selasa, 8 Maret 2011.

jam delapan pagi aku lagi nyiapin karya ilmiah yang akan dikirim, memasukkannya ke tas dan bersiap ke rental (untuk bikin soft copy yang dalam bentuk Pdf) barulah aku sadar kalau aku belum menulis alamat di amplopnya. akhirnya kubuka surat edaran dari dosen pembimbing dan betapa shocknya diriku.. jreng jreng jreenggg...

KARYA TULIS ILMIAH HARUS DISERTAI SURAT PENGANTAR RESMI DARI KAMPUS!

dan parahnya aku lupa!!

well, jujur deadline karya tulis ilmiah ini memang mepet banget sampai aku lupa perihal surat ini. aku hanya membaca petunjuk mengenai tema, pengaturan halaman, ukuran kertas, de el el. surat edaran yang diberikan oleh dosen pembimbing itu tak begitu kuhiraukan. this is my biggest mistake!

masih bingung tentang surat pengantar, aku pergi ke bank (disuruh ibuk transfer, dan harus hari itu!). stelah dari bank dan kantor Pos (bayar tagihan telepon dan kawan-kawan), aku ke rental. dengan pedenya bilang ke si Mas penjaga rental untuk convert file ms. Word ku ke Pdf. dan ternyata oh ternyataa... si Mas Penjaga Rentalnya gantiii! dan penjaga baru itu nggak bisa convert!!! software-nya hilangg!!

hufh.. masalah masih berlanjut padahal karya tulis itu harus dikirim jam 11 (aku di rental sekitar jam 9). tapi berhubung sekarang waktunya maghrib, di cut dulu ya.. nanti dilanjut lagi...

Bersambungg..:)

*NB: Lomba yang kami ikuti adalah Program Kretivitas Mahasiswa-Artikel Ilmiah yang diadakan Dikti Pusat..