Selesai pekerjaan dirumah ‘orang penting’, beliau berharap pekerjaan pada majikannya itu. Siapa tahu ada pekerjaan di instansi pemerintahan yang cocok untuknya. Namun sayang sang Majikan tidak memiliki apa yang diharap si Bapak. Maka karena simpatinya pada si Bapak, majikan tsb memberi uang padanya setiap hari sebesar Rp. 900 untuk mencari kerja. Jadi beliau dipersilakan mencari pekerjaan sendiri namun justru dibayar. Saking simpatinya getoo.. :D
Sampai pada akhirnya ketua RW tempat beliau tinggal mengatakan bahwa ada sebuah perusahaan Jepang sedang mencari tenaga operator produksi. Masuklah si Bapak dengan pengalamannya bekerja selama 6 bulan di Semarang setelah lulus STM. Pendek kata beliau diterima dan bekerja di perusahaan itu sampai 20 tahun! Pekerjaannya selalu sempurna dan jarang sekali tidak masuk kerja. Salah satu teman kerjanya sesama operator produksi bahkan sampai diangkat menjadi direktur karena totalitas dan kemampuan bekerja yang baik, tapi itu temannya, lain cerita dengan si Bapak, beliau tetap menjadi operator produksi sampai akhir masa kerjanya walaupun kemampuanyya tak jauh beda. Seorang operator produksi yang disayang seluruh jajaran direksi karena totalitasnya dalam bekerja.
Meski anak kedua, beliau menjadi anak keempat yang menikah di keluarga besar itu. Itupun setelah melewati ‘perjalanan’ panjang penemuan calon istri :p. Calon istri pertama yang diperkenalkan si Bapak kepada keluarganya adalah seorang sarjana Sastra Inggris dari Jakarta, jelas kedua orang tua beliau kurang setuju karena takut nantinya tidak bisa membahagiakan sang istri yang pasti sudah terbiasa hidup serba berkecukupan. Kejadian serupa terulang sampai 4 kali dan akhirnya si Bapak ‘menyerah’. Beliau menyerahkan pemilihan calon istri itu kepada orang tua. Dan benar, sang Ibu hadir dengan satu pilihan, seorang gadis desa yang sedang bekerja di Jakarta, anak dari dua orang yang dulunya juga di ‘comblangi’ oleh sang Ibu. Maka akhirnya dengan gadis itulah si Bapak menikah. Melupakan 4 gadis ‘pilihannya’ dan lebih memilih gadis yang dipilihkan orang tua. Mereka kemudian tinggal di Jakarta, si Bapak tetap bekerja di perusahaan Jepang.
Sampai akhirnya krisis moneter (1998) melanda dan banyak perusahaan terancam kolaps termasuk perusahaan tempat si Bapak bekerja. Saat itu pula orang tua beliau memintanya untuk pulang kampung dan justru terjun ke dunia politik dengan menjadi wakil rakyat. Bagaimana bisa? Ya, orang tua beliau ternyata adalah orang yang (mungkin) cukup dikenal di masyarakat dan memiliki kharisma tinggi. Dengan perasaan campur aduk antara bingung bagaimana harus mengawali karier di dunia politik dan rasa berat meninggalkan perusahaan yang sudah 20 tahun menjadi tempatnya bekerja, beliau akhirnya memutuskan untuk pulang, sekali lagi menuruti titah kedua orang tua. Direktur perusahaan (yang di awal kariernya adalah teman sesama operator produksi) sebenarnya sangat keberatan atas keputusan itu, namun karena tekad si Bapak sudah bulat, pimpinan perusahaan tsb akhirnya mengijinkan karyawan yang luar biasa itu mengundurkan diri.
Beberapa hari sebelum pemilihan umum berlangsung, ternyata seluruh jajaran direksi, manajer dan supervisor perusahaan tempat si Bapak bekerja datang kerumah dan memberikan dukungan atas langkah besar yang akan diambilnya: terjun ke dunia politik!
Dengan ijin Allah, akhirnya beliau terpilih menjadi wakil rakyat. Mengalahkan 5 rival yang sama-sama menginginkan posisi itu. Sekarang, beliau ditempatkan di Badan Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Boyolali dan mengurus Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) di Boyolali. “Pekerjaan saya adalah berada diantara orang-orang miskin dan mencoba membantu mereka” ungkap beliau.
Sangat sering diutarakan beliau di sela ceritanya bahwa beliau bekerja bukan semata mencari uang, beliau menikmati setiap pekerjaan sebagai sebuah hal yang akan mendatangkan kebahagiaan dan manfaat bagi orang lain. Tak apalah beliau harus berganti-ganti dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain asal adik-adik beliau bisa sekolah. Tak apalah beliau melupakan gengsi dan semua gelar asal apa yang dikerjakannya halal dan bisa membantu orang lain. “Percayalah, Allah akan menggetarkan bumi dengan skenario-Nya yang luar biasa untuk orang-orang yang bekerja dengan ikhlas dan hanya mengharap ridho-Nya..” sambung beliau.
Masih ada beberapa cerita dan pelajaran yang dituturkan beliau, termasuk beberapa saran berharga untukku ttg masa depan dan pekerjaan namun kisah perjalanan karier beliau mulai dari nol sampai sekarang menjadi ‘orang penting’ di Boyolali sepertinya bisa mewakili semuanya. Semua cerita tsb disampaikan beliau saat perjalanan dari Bulakkapal (Bekasi) sampai Sukra (Indramayu) di tempat pemberhentian bis yang pertama, dalam waktu kurang lebih 2,5 jam..
*Catatan: Beliau akhirnya meneruskan studi dengan kuliah di Fakultas Hukum pada salah satu universitas di Solo. Beliau memiliki 5 orang anak dan akan menikahkan anak pertamanya pada tanggal 7 Mei mendatang. Sayang saya belum sempat meminta kontak beliau sepanjang perjalanan, tapi insyaAllah saya akan ‘mencari’ beliau dgn bekal internet dan kenalan salah seorang pejabat di Pemkab Boyolali.. saya ingin beliau membaca tulisan ini, dan tentu saya ingin belajar lebih banyak hal pada beliau.. Semoga Allah mempertemukan kita lagi, Bapak!
Ngawi, 24 April 2011