Para calon guru di kampusku lagi heboh tentang beasiswa. Tentunya Winwin termasuk di dalam kehebohan itu. hehe.. iyalah, siapa yang nggak mau dikasih beasiswa? mereka yang IPnya pas-pasan pun sebenernya juga pasti mau dapet beasiswa, cuma karena kesempatan memang terbatas jadinya harus 'bertanding' dulu untuk menentukan mana yang pantas. semoga aku, Aminn...
Nah, ngomong-ngomong soal beasiswa nih, jadi keinget gimana suka-duka, pahit-getir, asam-manis dan panas-dinginnya beasiswa sepanjang karier kependidikanku. halah!
Pertama kali dapet beasiswa, aku inget banget, pas aku kelas 4 SD.
Waktu itu beasiswa yang kudapat sebesar Rp. 60.000,-. Nah karena masih anak kecil yang lugu, polos, baik hati dan tidak sombong. hehehe. jadilah aku (dan semua teman-temanku, kukira) tidak sadar kalau beasiswa kami sempat dikorupsi kepala sekolah! huhuhu..
Ibu Kepala Sekolah SDku yang sangat kucintai dan kuhormati, maafkan anakmu ini yang lancang akan menuliskan kisah lama kita itu, sungguh tak ada maksud menjelek-jelekanmu, hanya mencoba mengamankan kisah yang penuh pelajaran itu dalam tulisan. Tak apa ya, bu? Oke oke? Deal! :D
jadi begini, dari uang 60 ribu itu (waktu itu masih bernilai bangeettt, jauh dari nilai 60 ribu sekarang), kepala sekolah mengatakan bahwa ada potongan sebesar 20 ribu untuk biaya pembuatan papan nama sekolah. Nah loh.. sejak kapan papan nama sekolah (yg di depan sekolahan) dibuat atas sokongan dana siswa yang menerima beasiswa? lagian mana cukupp?? entahlah, mungkin karena (kembali lagi) masih kecil, lugu dan polos (ceileh), maka aku dan kawan-kawanku kala itu mengangguk saja dan menerima kenyataan beasiswa kami dipotong 20 ribu untuk sumbangan papan nama itu.
Namun ternyata eh ternyata, bapak ibu guru yang mencium gelagat tidak baik ibu kepala Sekolah itu tidak mau tinggal diam. tanpa sepengetahuan ibu KS, guru-guru sepakat untuk mengundang orang tua kami (penerima beasiswa) agar datang ke sekolah dan mempertanyakan seputar uang 20 ribu itu. ya semacam 'Demo Terencana' gitu deh. (untung nggak ada hukuman untuk demo berencana seperti pembunuhan berencana ya? hehehe).
akhirnya orang tua kami mendatangi sekolah. Membawa cangkul, bibit dan pupuk, tak lupa bekal makan siang dalam rantang. Loh loh.. mau ke sekolah apa mau ke sawah? eh salah, maksudnya datang ke sekolah untuk mempertanyakan seputar uang itu kepada ibu KS. hehehe.. taukah apa yang terjadi?
sepertinya ibu KS sudah mencium (atau mendengar ya?) rencana pen'demo'an dirinya. jadi ketika para orang tua mendatangi beliau, beliau menjawab dengan anggun (entah apa yang dikatakan, aku nggak tau, pokoknya biar dramatis disebut 'anggun' aja ya :p) dan menyerahkan uang sebesar 20 ribu kepada setiap orang tua yang hadir dengan rapi di dalam amplop! waah... syukurlah!
akhirnya sejak itu, setiap tahun aku mendapat beasiswa 60 ribu rupiah. uniknya, peraturan bagi mereka yang mendapat beasiswa adalah uang itu harus dibelikan kebutuhan sekolah dan masing-masing harus membuat 'Buku Laporan Penggunaan Beasiswa' yang harus ditanda tangani oleh KS. isinya adalah perincian uang 60 ribu itu digunakan untuk apa saja, nggak mungkin kan mau ditulis digunakan untuk jalan-jalan ke Mall? (yah mana ada Mall di kampungku? :D). Jadilah semua yang mendapat beasiswa akan malu pada dirinya sendiri jika tidak memakai sepatu baru ke sekolah sementara dibukunya tertulis jelas 'membeli sepatu baru'. hehehe..
masa SD berakhri, lanjut Esempe!
yang paling unik dari kisah beasiswa di SMP, waktu itu aku kelas 3. Aku agak lupa berapa besarnya, pokoknya beasiswa di SMP ku unik banget deh. Kalau tidak salah (berarti bener ya? hehe) sebenernya satu orang yang mendapat beasiswa berhak dapet uang 600ribu. Nah, berhubung Bendahara Sekolah kala itu (pak Puji namanya) orangnya baiiikkk banget dan nggak tegaan kalo liat ada 5 siswa pandai sementara yang dapet uang hanya 3, jadilah beasiswa itu dipecah.
ya, jadi semisal sekolah mengusulkan 3 orang untuk mendapat beasiswa, ketika uang beasiswa itu turun maka yang mendapat uang adalah 6 bahkan 9 dan uangnya dibagi rata! bayangpun sodara sodaraa..!
yang lebih kreatif lagi, pak Puji pernah punya ide untuk 'mengkambingkan' beasiswa alias menggunakan uang beasiswa untuk membeli kambing (menyuruh yang dapet beasiswa untuk memberi kambing lebih tepatnya). tujuannya jelas, agar uang itu bisa berkembang dan nilainya juga akan menjadi lebih banyak dibanding jumlah uang yang didapat siswa. tapi berhubung kala itu lagi nge-tren banget buku Erlangga dan Yudisthira yang harganya selangit, para siswa yang mendapat beasiswa (termasuk aku) terpaksa tidak mengkambingkan uang itu dan menggunakannya untuk membayar buku paket. Tapi itu adalah sebuah ide luar biasa, pak Puji!
di SMK, lain lagi ceritanya..
beasiswa paling menggembirakan (sekaligus menyakitkan) bagiku tentu saja beasiswa ke Swiss ketika aku masih duduk di kelas 2. ya, diatas kertas aku pernah mendapat kesempatan belajar di Swiss selama 1 tahun. namun entah karena apa program itu tiba-tiba beasiswa itu dibatalkan! hufh.. padahal sejak detik diumumkan bahwa aku mendapat beasiswa itu, tak pernah absen rasanya aku mengunjungi ICT-C (Information and Communication Technologi Center/ tempat ngenet gratis di sekolah) dan berburu informasi tentang Swiss. budayanya, kehidupan sosialnya, makanannya, orang-orangnya, semuanya!
ini rahasia, tapi biarlah kubagi disini. Sejak dibatalkannya program itulah, aku berjanji pada diriku sendiri. SUATU SAAT AKU AKAN MENDAPATKAN KESEMPATAN ITU LAGI! SUATU SAAT AKU AKAN BELAJAR DI LUAR NEGERI! (inilah kenapa aku sangat ingin keluar negeri)
ya, diantara bertumpuk kekecewaan yang sangat atas pembatalan-tanpa-alasan itu, aku justru menemukan 'dendam' besar dalam hati yang melahirkan semangat besar: SUATU SAAT AKU PASTI BISA BELAJAR DI LUAR NEGERI! akan kubuktikan bahwa aku bisa, akan kubanggakan orang tuaku yang sudah kuanggap kecewa kala itu (ah, nggak ding! orang tuaku selalu bangga padaku, selalu menyayangiku walau aku belum jua bisa membanggakan mereka. maafkan aku, pahlawanku!)
dan akhirnya aku terdampar di kampus kecil di kota kecil dengan semangat yang besar. aku mantap memilih jurusan bahasa Inggris, berharap dengan ini aku bisa menggapai mimpiku itu...
ah, sudah malam. besok aku harus pulang ke Bojonegoro untuk mengambil KK dan mengurus surat di kelurahan untuk mengajukan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik/Beasiswa prestasi) di kampus. doakan aku berhasil ya kawan, doakan pula suatu saat aku bisa belajar di luar negeri seperti mimpiku.. Amin..
Dream was born to be reality!
23.36 WIB
(horai! aku begadang untuk nulis! :p)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Have something on mind? Just write it below.. :)