19 Mei 2011

SUATU HARI KETIKA MIMPIKU JADI NYATA :) #2

#2

BEDAH BUKU ‘SURAT BERDARAH UNTUK PRESIDEN’

Acara sebenarnya di Perpustakaan Unair itu adalah Bedah Buku ‘Surat Berdarah untuk Presiden’ yang berisi kisah kisah dan curahan hati para TKI di Hongkong. Ada kisah pilu, ada pula kisah bahagia. Buku ini dibedah oleh bunda Pipiet Senja, bunda Sastri Bakry dan satu lagi pembicara adalah pak Gitadi dari Unair.

Isi bukunya sendiri hampir mirip dengan buku ‘Kepada Yth Presiden RI’ yang sudah pernah kuresensi (kalau mau baca disini: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150101558753237). Tapiii… pengalaman membaca seluar biasa apapun kalau dibandingkan dengan bertemu langsung penulisnya (atau orang yang berhubungan dengan buku itu) pasti beda doong.. jadi tetep aja, motivasi utama datang ke Unair pagi itu bagiku adalah bertemu pembicaranya. :D

Bagian terbaik dari acaranya menurutku adalah ketika mbak Prapti (panitia, anggota Migrant Institute dan eks- TKW di Singapura dan Hongkong) membaca salah satu kisah dalam buku tersebut tentang seorang TKW yang meninggal akibat digigit anjing majikannya di Hongkong. Hampir semua peserta tersihir bahkan beberapa menangis karena penghayatan mbak Prapti yang luar biasa. Sebagai orang yang bekerja di BKK, aku miriis banget denger kisah itu. Alhamdulillah selama ini belum pernah ada kasus seperti itu di BKK.

Selanjutnya, ya seperti acara bedah buku biasanya. Ketiga pembicara membedah tuntas buku tsb sampai sekitar pukul 11.30. Jujur di beberapa bagian aku tak begitu memperhatikan penjelasan mereka, aku justru bingung mencari pinjaman HP untuk update status. Hehehe. Ketauan deh, bikin note pake laptop pinjaman, update status juga pake HP pinjaman. Hahaha, melas dot com :D! masalahnya memang HPku lagi nggak bisa dipakai untuk update status. Jadi status “Alhamdulillah, satu dari berjuta mimpi saya hari ini terwujud” itu kutulis dengan HP pinjaman dari Aik :D

Aku harus dua kali keluar ruangan dan melewatkan beberapa bagian acara. Pertama ke toilet dan kedua mengantar uang untuk si adik yang sebelum acara kuantar beli teh yang pengen cari makan tapi lupa nggak bawa uang padahal udah terlanjur sampai depan gedung. Dari awal hingga akhir, harus kuakui (lagi) konsentrasi terbesarku bukan pada apa yang disampaikan tapi siapa yang menyampaikan (hehe, pis!). Kembali ke alasan awal pergi ke Surabaya: bertemu bunda Pipiet Senja (dan kemudian dapet ‘bonus’ ketemu bunda Sastri Bakry, Adzimattinur Siregar, teman-teman Migrant Institute, dll). What a wonderful chance! :)

Tiba saatnya perpisahan..

Bagian paling menyedihkan. Hiks.. :(

Selesai acara Alhamdulillah aku masih sempat berfoto ria dengan bunda Pipiet dan bunda Sastry. Tapi setelah itu harus segera meninggalkan tempat karena teman-teman rombongan harus segera kembali ke Ngawi. Dengan perkiraan perjalanan 7 jam saja, kami bisa sampai Ngawi sekitar jam 7 malam. Ingin sekali bisa ngobrol lebih lama dengan bunda Pipiet, tapi kondisinya nggak mungkin. Teman-teman harus segera pulang (walaupun akhirnya aku dan dua temanku memisahkan diri dari rombongan) dan kami belum sholat, belum makan. Bunda Pipiet sendiri sepertinya juga direpotkan dengan melayani permintaan tanda tangan dan pertanyaan wartawan.

Hiks, harus berpamitan dengan bunda Pipiet. Mencium tangannya untuk yang kedua kali dan memeluknya sejenak, memberikan kado ulang tahun (bunda Pipiet berulang tahun hari itu) dan berjanji akan menulis catatan ini. Detik itu aku baru tersadar, pertemuan kami amat singkat. Acara sekitar 3 jam dan interaksi langsung (diluar bedah buku) yang sepertinya tak lebih dari 15 menit. Padahal aku dan teman-teman butuh waktu sekitar 7 jam hanya untuk mencapai tempat itu. Tapii.. itu tetap luar biasa! Seperti yang telah kubilang sebelumnya, pertemuan singkat itu telah membayar lunas semua perjuangan ke tempat itu. Dan aku sangat bersyukur untuk itu semua.. terima kasih Allah, terima kasih bunda Pipiet.. :)

Ya sudah, aku meninggalkan ruangan itu. Beberapa kali masih menengok ke belakang. Ingin sekali kembali (karena semua pembicara dan panitia masih di ruangan) tapi apa mau dikata, we had to go!

Siang itu hanya semangkok bakso yang jadi menu makan siang (sekaligus makan pagi dan makan sore) tapi sama sekali aku tak merasa lapar. Entah kenapa, mungkin karena terlalu bahagia :D. Setelah sholat di masjid kampus, kami menanti angkot yang kembali akan mengantar ke terminal Joyoboyo utk kemudian berganti angkutan lagi ke terminal Bungurasih. Mau tak mau, acara sudah berakhir..

Backpacker-an modal nekat di Surabaya..

Dari Unair kami ber-9 sama-sama naik angkot menuju terminal Joyoboyo. Tapi akhirnya aku, Aik dan Amel memisahkan diri karena kami ingin muter-muter Surabaya dulu, mumpung udah ada disana sayang untuk dilewatkan getoo.. :D

Untungnya mbak Yani (koordinator rombongan dari SMK N 1 Ngawi) tidak berkeberatan kalau kami berpisah. Jadi teman-teman lain turun di Pasar Pojok untuk kemudian naik bis kota ke Bungurasih sementara aku dan 2 temanku turun di Terminal Joyoboyo. Tujuan pertama kami adalah patung Suro dan Boyo yang jadi ikon kota Surabaya. Letaknya di depan Surabaya Zoo.

Sopir angkot yang kami tumpangi mengatakan kalau dari Terminal Joyoboyo tempat itu tidak jauh, kami bisa berjalan kaki dan tidak perlu naik angkutan lain.

“Itu yang ada pohon-pohon itu udah area bonbin, Mbak” kata sopir angkot

Waduh, lah kan emang sepanjang jalan ada pohon, masa bonbin di tengah jalan seeh? Hehe.

Tapi akhirnya kami menuruti pak sopir angkot. Kami berjalan menuju ‘pohon-pohon’ yang ditunjuk beliau sebelumnya. Memang benar ternyata itu sudah masuk area bonbin karena di sepanjang temboknya ada relief binatang-binatang. Tapi sepertinya itu bagian belakang bonbin! Buktinya kami harus berjalan memutar sampai kira-kira sejauh 2 km baru akhirnya sampai di pintu gerbang Surabaya Zoo! Hmm.. lumayan buat olahraga siang. Di depan kebun binatang itulah patung Suro dan Boyo yang fenomenal itu berada. Agenda utama yang pasti futu-futu ria. Hehe..

Saat itulah kami melihat proses syuting di depan lokasi patung itu dengan presenternya seorang perempuan berjilbab dengan boneka Susan di tangannya.

“Wah, enek Erie Susan, Cah! Minta foto bareng yuukk..” ajakku pada dua temanku yang langsung dibalas dengan gelengan kepala.

“Idiih.. iku mah bukan Erie Susan..” kata Aik

“Iyoo.. itu lo liaten boneka ne, itu kan si Susan. Eh tapi nama perempuan yang biasa bawa boneka Susan itu siapa sih? Erie Susan bukan?” balasku

Akhirnya perdebatan kami tidak berujung dan mbak ‘Erie Susan’ itu tetap syuting sementara kami menjauh dan memilih mencari es Degan di depan pintu gerbang Surabaya Zoo. Setelah kami perhatikan secara seksama dan mendalam (dari kejauhan), ternyata si perempuan yang bawa-bawa boneka (mirip) Susan itu tidak seperti mbak yang biasa di TV itu. Perempuan itu memang bukan Erie Susan!

Dan sekarang aku baru sadar, yang namanya Erie Susan itu bukannya penyanyi dangdut? Yang bawa-bawa boneka Susan itu kan kalo gak salah namanya Ria Enes (atau Ria Ernest aku agak lupa) yak? Hihihi, untung gak sempet minta foto bareng, pasti malu deh kalo nyapa si Mbak dengan panggilan ‘Mbak Erie Susan’.. :D

Next, sebagai Cilok-ers aku dan Amel memutuskan untuk beli Cilok di seputaran patung Surabaya. Jauh-jauh sampai Surabaya, belinya tetep cilok. Cape deehh.. ! *jajan murah meriah

Waktu Ashar tiba, kami sholat di sebuah masjid di dekat lokasi kebun binatang Surabaya. Sebelum sholat, masih sempat pula foto-foto di sebuah taman di depan masjid. Hehe, dasar narsis!.

Nama masjid itu Masjid Al-Falah, ternyata satu komplek dengan sebuah SD dengan nama sama: SD Al Falah. Masjidnya bersih dan rapi, nyaman sekali sholat di tempat itu. Alhamdulillah..

Lanjutt..

Abis sholat kami bertiga dengan PeDe asal naik bis kota. Persepsi kami, semua bis kota pasti tujuannya sama: Terminal Bungurasih. Nah, dalam perjalanan sebelum sampai terminal kan pasti nglewatin Graha Pena tuh, itu dia tujuan kami selanjutnya: Graha Pena (markas JTV dan Jawa Pos) dan gedung DBL Arena.

Walaupun akhirnya pak sopir bis memberhentikan kami sebelum Graha Pena karena katanya kalau pas di depan Graha Pena kami malah tidak bisa nyebrang. Akhirnya kami turun di Zebra Cross depan KFC Jl. A. Yani Surabaya dan menyebrang dengan selamat sentausa atas bantuan seorang polisi lalu lintas. Hehe, emang lagi rame banget Surabaya sore itu. Di depan KFC, bukannya lekas masuk dan memesan ayam goreng atau apa kek gitu, kami malah membuka tas kresek yang kami bawa. Isinya cilok yang kami beli di depan Surabaya Zoo tadi. Hahaha.. makannya aja di depan KFC, tapi yang dimakan cilok! Walau gitu sempet juga kok foto di depan KFCnya. :D

Dan faktanya.. psstt.. Cilok di Ngawi jauh lebih enak daripada Cilok di Surabaya! (setidaknya perbandingan dengan cilok yang kami beli di depan Surabaya Zoo itu).

Akhirnya kami berjalan menuju Graha Pena yang ada logo JTV di depannya. Niat semula ingin masuk dan mengambil gambar di dekat pintu masuk gedung. Tapi eeh ciut duluan gara-gara yang masuk pake mobil semua dan sepertinya hanya karyawan, nggak ada orang biasa yang masuk. Belum lagi musti ijin ke pak Satpam, jadi ya foto-fotonya dari jauh aja deh, yang penting keliatan gedungnya. Hehe. Apalagi Amel dan Aik ngotot nggak mau kuajak masuk. Huh!

Disamping Graha Pena ada DBL Arena, sangat terkenal sebagai arena pertandingan bola basket yang biasa diadain Jawa Pos (Deteksi), di tempat ini kami bisa masuk di halaman dengan leluasa dan berfoto-foto ria. Virus narsis benar-benar merajalela! :D

Tak puas dengan Graha Pena dan DBL, kami terus berjalan (aduuh perasaan jalan mulu dari tadi, padahal belum makan tapi seneng banget jalan, gini deh nasib kalo pengen jalan-jalan tapi kantong tipis, jalan-jalan ala backpacker sejati getoo :D). Lewat depan Univ. Bhayangkara, foto lagi. Sampai di jembatan penyeberangan, foto lagi. Depan IAIN Sunan Ampel Surabaya, foto lagiii!. Tips liburan asyik murah meriah ala Winwin+Amel+Aik : Nggak usah beli jajan, jalan kaki, cukup siapkan kamera atau HP yang dilengkapi kamera, jepreett! Jadi deh! :D

Sebenarnya kami masih ingin mengunjungi 2 tempat: Taman Kota dan City of Tomorrow. Tapi berhubung sudah jam 4 lebih, kami memutuskan untuk langsung ke Bungurasih. Amel akan nginep lagi dirumah Budhenya sementara Aik nginep dirumah temannya. Jadilah hari itu aku pulang sendiri naik bis Sumber Kencono yang sialnya kala itu aku dapet bis yang tidak ber-AC (karena sudah terlalu sore nggak bisa milih-milih lagi). Ketika bis sudah berjalan aku baru sadar bahwa aku sama sekali tak membawa minuman dan perutku keroncongan. Hufh, baru bisa beli air minum di daerah Mojokerto ketika ada pedagang asongan masuk. Seperti umumnya bis SK, bis yang kutumpangi tentu saja berjalan ugal-ugalan ditambah lampu bis yang ‘byar pet’ bikin suasana makin nggak enak. Kuputuskan untuk tidur dan melupakan rasa lapar, berharap 4 atau 5 jam lagi bisa ketemu nasi dirumah..

Sampai rumah sekitar jam 10 malam, harus keluar lagi untuk beli nasi pecel sebagai menu makan malam dan memamerkan pengalamanku berpelukan dengan seorang Pipiet Senja ke seisi rumah (hahaha, bukannya cerita tentang bedah bukunya :D). Setelah itu mandi, sholat dan menulis bagian pertama kisah ini, semuanya selesai sekitar jam 12 malam, tak beda jauh lah dengan jam ketika aku bangun hari sebelumnya. Hehehe.

Begitulah 16 Mei 2011 telah menjadi hari dimana mimpiku menjadi nyata. Alhamdulillahirrobilalamin, terima kasih Allah, terima kasih bunda Pipiet Senja, bunda Sastri Bakry, teman-teman Migrant Institute, Aik, Amel, mbak Yani, teman-teman Pustakawan SMK N 1 Ngawi dan semuanyaa.. I love you all :)

(sudah tidak) Bersambung.. “:D


PS: foto-foto ada di http://www.facebook.com/notes.php?id=1151574819&s=10#!/note.php?note_id=10150195672093237

17 Mei 2011

SUATU HARI KETIKA MIMPIKU JADI NYATA :)


Senin, 16 Mei 2011

Jam 00.45 dini hari, dua HPku melakukan tugasnya dengan sangat baik: membangunkanku dengan lengkingan alarm-nya yang nyaring. Dan akupun kali ini sangat menuruti mereka, walau masih sangat mengantuk (karena baru tidur sekitar 3 jam), aku langsung bangun, mandi dan bersiap memulai hari jauh lebih awal dari biasanya.

Ibuku yang juga bangun untuk sholat malam berulang kali menanyaku, “Beneran nih berani?” katanya. “Iya buuuk, tenang aja” jawabku mantap. Maka sekitar jam 01.45, kupacu motorku membelah jalanan kota Ngawi yang masih sangat lengang, bahkan nyaris tidak ada kendaraan!. Sampai sekitar setengah perjalanan, tidak ada satupun kendaraan melintas bersamaan denganku. Ngawi masih benar-benar tidur! Keramaian baru kutemui di daerah Pasar Beran, beberapa pedagang sudah terlihat memulai aktivitas mereka menurunkan barang-barang dagangan yang kebanyakan berupa sayur-sayuran karena pasar ini memang biasanya buka sejak sebelum shubuh.

Tujuanku adalah penitipan sepeda motor di Terminal Lama. Alhamdulillah, penjaganya masih siaga (kadang walau ada papan ‘buka 24 jam’, petugasnya malah tertidur!), kutitipkan motorku dan segera menunggu teman-teman yang akan ikut bersamaku pergi ke Surabaya. Sekitar 15 menit berselang, 6 orang telah berkumpul dan kami bersama naik bus Mira ‘AC Tarip Biasa’ ke Surabaya sembari melihat kota demi kota yang baru bergeliat menyambut pagi. Surabaya, kami datang..

Tepat jam 6 pagi, bus yang membawa rombonganku tiba di Terminal Bungurasih-Surabaya (disebut pula Terminal Purabaya). Ada 2 anak yang lumayan ‘KO’ alias sempat muntah-muntah akibat perjalanan 4 jam Ngawi-Surabaya. Ah, tapi semangat mereka tidak luntur!. Kami harus menunggu 2 orang lagi yang akan bergabung bersama rombongan, mereka berdua adalah teman kuliahku: Aik dan Amel. Mereka sudah berangkat hari sebelumnya dan menginap dirumah kerabat Amel. Aku sempet ngomel-ngomel di telepon karena mereka berdua telat!. Hufh, both of you really made me angry cz of ur lateness, sisters! But you know I’ll never be able to stay on my anger. I was totally forgot it when we met.

Kami harus berganti bus, ketika masuk tempat pemberangkatan bus Kota, seperti biasa, puluhan orang menyerbu kami dengan pertanyaan yang sama “Mau kemana?”. Kami akan menuju terminal lainnya di Surabaya: Terminal Joyoboyo, jadi kami harus naik bus P6. Sumpah, bisnya jelek banget! Jauh lebih jelek daripada bus jurusan Cikarang-Pulogadung yang biasa kutumpangi ketika di Bekasi (yang menurutku sudah masuk standar ‘jelek’). Bangku-bangkunya banyak yang sudah tidak empuk lagi, gorden di jendela yang sebenarnya berwarna biru sudah menjadi agak kehitaman, body bus yang sebenarnya berwarna putih pun sudah pudar. Udah jelek, pake acara ngetem luama banget lagi! Hufh, Selamat datang di Surabaya!

Beberapa pedagang asongan dan pengamen telah menyelesaikan pekerjaan mereka diatas bus. Mulai dari pedagang kacang oven, permen jahe, ikat pinggang, cutton buds, dompet sampai buku Yasin dan Tahlil!“Beli buku Yasin yuk, Dek!” kataku pada salah seorang anggota rombongan“Buat apa, Mbak?” tanyanya“Ya kita kan bisa Yasinan dulu biar busnya cepet berangkat..” Jawabku

Mungkin karena kami memang tidak jadi membeli, bus itu tetaap saja berhenti dan tak kunjung berangkat sementara jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih. Surabaya, semoga tidak macet hari ini!

Ternyata harapan kami tidak terkabul. Surabaya macet! Walaupun macetnya tidak begitu parah, namun cukup untuk membuat laju bus menjadi lebih lambat dari seharusnya. Keuntungannya adalah kami bisa menikmati kota Surabaya lebih detail dan ‘santai’ (termasuk barisan sepeda motor yang memusingkan kepala, berpuluh-puluh motor berebut jalan, mirip di Bekasi dan beda sekali dengan di Ngawi), namun di sisi lain, sebuah acara di kampus Universitas Airlangga Surabaya telah menanti, kami tidak boleh telat!

Akhirnya kami sampai sekitar jam 8 di terminal Joyoboyo. Disana kami harus berganti angkutan. Menelusuri barisan berpuluh-puluh angkot yang berjajar rapi menunggu penumpang, kami mencari angkot yang bisa membawa kami ke kampus Unair. Ternyata adalah angkot line P (yang seketika penuh ketika kami ber-9 masuk). Kembali angkot yang kami tumpangi harus berjibaku dalam kemacetan. Aarrgghh.. bagaimana kalau kami telat? Oya, bahkan kami belum sempat sarapan!

Alhamdulillah, kami sampai di tempat sekitar pukul 08.45. Setelah menelepon salah seorang panitia, kami dijemput di pintu gerbang untuk kemudian ditunjukkan tempat acara akan berlangsung: Perpustakaan Unair. Kami adalah rombongan pertama yang datang, bahkan di daftar registrasi peserta aku menuliskan nama di urutan nomor 1!.

Tempat acara sudah disusun sedemikian rupa, satu set sofa dan meja di depan untuk pembicara, dan beberapa bangku diatas karpet sebagai tempat peserta lesehan. Jelas aku memilih bangku terdepan. Alhamdulillah kami masih bisa beristirahat sejenak karena acara belum dimulai.

Salah seorang panitia, Mbak Prapti, memperkenalkanku pada salah seorang pembicara: Sastri Bakry. Oh my God… untuk pertama kalinya aku bertemu dengan seorang Sastri Bakry!. Dan penyakit speechless tiba-tiba menyerangku di menit-menit pertama bertemu beliau, aku jadi bingung mau ngomong apa. Tapi yang jelas beliau orangnya menyenangkan, gampang akrab dan sangat bersahabat. Kesan pertama begitu mempesona! :D

Masalahnya adalah salah seorang anggota rombongan kami masih ‘KO’, aku harus mengantarnya mencari teh hangat yang katanya bisa mengurangi rasa mual. Ketika aku keluar, sekilas kulihat ada satu mobil masuk ke area Perpustakaan. Dan sepertinya aku mengenal siapa yang ada di mobil tersebut. Ah, tapi adik yang sedang bersamaku jauh lebih penting sekarang, tak apalah terlambat ikut acara, yang penting dia sembuh dulu. Aku meneruskan langkah keluar dan mencari penjual teh hangat terdekat.

Ku-sms Amel untuk memberitahuku jika acara telah dimulai. Langsung dibalasnya smsku dengan sebuah panggilan telepon. “Belum dimulai Mbak, tapi pembicaranya udah dateng” katanya singkat. Setelah minum teh hangat (tanpa makan), aku bergegas menggandeng adik yang masih belum baikan itu kembali ke ruang perpus. Dan ketika masuk..

Ternyata benar!

Orang yang paling ingin kutemui di acara itu terlihat sudah duduk manis di dekat bunda Sastri Bakry, mengenakan baju ungu dan jilbab senada yang sama dengan yang ada di beberapa fotonya di FB, dengan senyum mengembang yang sangat akrab dan wajah teduhnya. Allah.. itu dia orangnya! Orang yang ketika aku mendekatinya langsung berdiri dan membuka kedua tangannya, menyambutku hangat. Segera kucium tangan orang yang biasa kupanggil ‘Bunda’ itu dan memeluknya. Allah.. terima kasih atas kesempatan luar biasa itu!

Bukan hanya sekedar speechless, aku jadi salah tingkah, bingung sendiri mau ngapain. Pertemuan pertama, dengan orang yang begitu kuidolakan dan ingin kutemui, sungguh membuatku tak kuasa untuk bertindak banyak. Apalagi ketika anaknya dan 2 orang lain yang juga serombongan dengannya juga menyapaku. Sedikit mengalihkan perhatianku pada orang yang baru saja kupeluk itu. Walaupun sungguh kumasih ingin berinteraksi lebih lama dengannya, namun kuputuskan untuk mohon diri dan duduk di tempatku semula dan menatap idolaku itu dari jauh. Bukan karena tak mau ngobrol lebih jauh atau bagaimana, tapi karena memang sungguh aku mati gaya!

Dialah orang yang sms-sms nya selalu tak pernah rela kuhapus,Dialah orang yang walaupun sama sekali tidak pernah bertemu denganku sebelumnya namun begitu akrab padaku,

Dialah orang yang biasa memanggilku ‘Nak’, ‘Sayang’, ‘Dinda’, dan banyak lagi (dan itu membuatku semakin menyayanginya!),

Dialah orang yang suatu hari pernah membuatku menangis lamaaa sekali selepas sholat Dhuha karena kondisinya yang sedang tidak baik di Rumah Sakit,

Dialah orang yang selalu membalas sms-sms tak pentingku, walau kutahu dia amat sibuk,Dialah orang yang setiap membaca tulisannya aku akan menangis terharu sekaligus bangga,

Dialah perempuan hebat yang tak pernah lelah berbagi inspirasi dan cinta pada siapa saja, termasuk aku!

Dialah idolaku, orang yang paling ingin kupeluk dan itu baru saja terwujud!Dialah orang yang membuatku rela berangkat jauh-jauh dari Ngawi dan mengompori banyak orang untuk ikut serta hanya untuk bertemu dengannya!

Dialah orang yang seketika membuatku lupa akan bagaimana perjuangan mendapat ijin pergi ke Surabaya, lupa rasa lapar dan lelah, lupa rasa marah karena kemacetan, dan lupa bahwa mungkin saja aku tengah bermimpi. Antara percaya dan tidak, kutahu mimpiku telah menjadi nyata..Dialah Bundaku tersayang, Bunda Pipiet Senja.. :)

Bersambung..

*catatan : Di hari yang sama, mbakku juga mewujudkan mimpinya, mengikuti Wisuda Akbar Indonesia Menghafal di Jakarta. Congratz, Sista! :)

03 Mei 2011

ANAK KAMPUNG KETEMU TEMPE.. :D



Sore tadi aku ke salah satu café di Ngawi. Letaknya cukup strategis, di pusat kota dan bisa dicapai dalam waktu hanya sekitar 5 menitan dari rumahku. Rencana awal aku berniat meliput tempat yang cozy itu untuk rubrik “Culinary” di majalah jurusan. Bersama temanku Aik, kami berangkat dengan perut keroncongan dan tenggorokan dangdutan.. :D

Sebelumnya pernah sekali aku ke tempat itu. Oya, belum kita kasih nama ya? Ya, untuk menghindari hal-hal yang nantinya mungkin menyeramkan dan menyebabkan trauma, kita sebut saja café ini café A (bukan nama sebenarnya). Waktu itu aku kesana bareng pemilik sebuah percetakan untuk membahas penerbitan majalah. Tapi kami (aku bersama seorang teman) ingin lebih banyak diskusi daripada makan (padahal mah sebenernya pengen makan juga :p), kami hanya memesan minuman. Jadi aku tidak tahu bagaimana kualitas makanan di tempat itu. Pertama masuk aku langsung ‘jatuh cinta’ pada café A. Penataan tempat yang bagus didukung dengan ornamen-ornamen tradisional seperti bambu dan atap rumbia bikin siapapun yang kesitu jadi betaaah banget.

Nah, karena modal ‘cinta’ tadi, aku kembali ke café itu. Dan kali ini bersama teman sesama redaksi majalah. Mau bikin liputan ceritanye nih..

Kami datang sekitar jam 7, langsung mengambil tempat di salah satu saung yang letaknya di depan pintu masuk. Desain café ini sendiri dibikin dalam bentuk pondok-pondok atau saung dengan atap rumbia dan tiang bambu. Penerangan dibikin ‘remang-remang’ dan ada beberapa lampion menghiasi beberapa sudut café. Sangat pas untuk bersantai ria, walaupun letaknya di pusat kota tapi begitu masuk ke dalamnya kita akan merasa rileks dan nyamaan sekali J

Seperti umumnya di tempat sekelas café, biasanya kan pelayan akan datang menanyai pesanan pelanggan. Nah, kami dengan PeDe nya gitu duduk lesehan di saung sambil buka-buka menu, pilah pilih mana yang akan kami pesan. Ada satu pelayan mondar mandir nganter pesanan ke saung lain, tapi eeh kami dicuekin aja gitu. Capek deh! Akhirnya aku celingukan ke meja kasir, berharap ada pelayan disana. Tapi nggak ada satupun orang! Alamaak.. kalo aku bawa kabur uangnya gimana cobaa?

Seorang anak lelaki (kutaksir masih SMP) dengan kaos oblong dan celana selutut akhirnya menghampiriku yang udah celingukan nyari pelayan sampe di kolong meja, di dalam toples dan dibawah pot bunga.

“Mau pesan, Mbak?” katanya

“Eh iya.. pesan Mie Sarang Burung, Tempe, Lemon Tea sama Es Capucino yaa.. “ balasku

“Iya mbak..”

Mengenai pilihan makanan ini, aku dan Aik sudah membayangkan ‘Mie Sarang Burung’ sebagai sajian istimewa dan layak diliput majalah bahasa inggris pertama di Ngawi. Kali aja itu Mie bisa menetaskan anak burung :p, trus kalo Tempe, kami pikir untuk kategori café kelas café A itu, Tempe akan disulap jadi makanan istimewa pula. Lemon tea dipilih Dyah karena emang suka dan Es Capucino kupilih karena aku belum pernah minum es jenis ini :D

Menunggu pesanan datang, aku dan Aik ngobrol ngalor ngidul bahas tugas kampus sampai pemberantasan korupsi, teman yang lagi kasmaran sampai lebaran monyet yang tak kunjung datang, sampai isu-isu perdamaian dunia dan pemanasan global pun kami babat habis dan sempat menyelesaikan membaca Ensiklopedia Hewan dan Tumbuhan setebal 9999 halaman. Tidak hanya itu, novel Kambing Jantan-nya bang Raditya Dika pun sempat kami buatkan terusannya yaitu Kambing Betina, Anak Kambing, Cucu Kambing, Keponakan Kambing dan Menantu Kambing. Sampai semua kegiatan tadi usai, tak satupun pesanan kami datang!

Hehe, lebay yak? :D

Intinya, kami nunggu lama bangeetttzzz sampe keriting! Dan pelayan yang sedari tadi mondar mandir tetap saja kesana kemari mengantar pesanan ke meja lain. Dan kami dicuekiiinn. Huhuhu.

Setelah kurang lebih 720 jam, si pelayan menghampiri meja kami. Membawa tiga piring Jamur Goreng dan sebotol saos tomat. Nah loh, siapa yang pesen jamur cobaa? Plis deh, si pelayan salah meja! Aku sama Aik udah manyun, membatalkan rencana peliputan tempat itu karena pelayanannya yang lamaa minta ampun!

Akhirnya minuman kami datang, 1 gelas Lemon Tea dan 1 gelas Es Capucino. Well, sebagai pengalaman pertama minum Es Capucino, aku langsung nggak suka es itu! Rasanya kayak serbuk capucino instan yang sekedar dikasih air dan es (emang gitu kali ya Es Capucino? Hehe). Nggak ada special-spesial nya sama sekali! Kapok deeeh..

Walau perut yang udah keroncongan udah berubah jadi ke-rock-an, Mie Sarang Burung dan Tempe yang kami pesan belum juga datang.. L

Ketika datang, satu piring penuh tempe goreng dan beberapa cabe menjadi sajian pertama. Ya, hanya tempe goreng! Yah, salah kami juga sih berharap terlalu banyak pada café itu tanpa tanya-tanya dulu, melihat tempat dan gengsi café itu saja membuat kami begitu yakin kalau ‘Tempe’ yang ada di daftar menu pastilah ‘Bukan Tempe Biasa’. Tapi ternyata… hanya tempe goreng biasa, rek! Satu piring ada 6 potong, rasanya biasa aja kayak tempe di bakul nasi pecel atau angkringan!hufh, ternyata café ndeso!

Pesanan kedua, Mie Sarang Burung datang. Taukah kawan apa itu Mie Sarang Burung? Hanya Mie campur telur yang digoreng kering hingga kalau dimakan bunyinya ‘kriuk’. Disajikan ala kadarnya di piring melamin (persis piring untuk tempe tadi) tanpa apapun! Tanpa saos, tanpa kecap, tanpa garnis, tanpa apa kek gitu buat bikin tampilannya bagus..

Sampai disitu aku dan Aik udah ketawa abis-abisan, menertawakan kami sendiri, dua anak kampung yang dengan PeDenya masuk ke café ‘bergengsi’ hanya untuk makan Tempe dan Mie! Harganya jadi berlipat pula! Hahaha.. selamat, Anda telah tertipu! :D

Berjuang menghabiskan sepiring Tempe dan sepiring Mie Sarang Burung tadi ternyata tidak mudah. Sampe eneg kami makan, Tempe dan Mie itu masih ada. Akhirnya kami memutuskan satu hal bijak: dibungkus! Hehehe. Lumayan untuk dikasihkan ke salah satu teman kami yang ngekos sembari berbagi cerita nantinya karena setelah dari café itu kami berniat kerumah seorang teman. Hanya untuk membungkus sisa makanan kami itupun, butuh waktu lamaaa banget sampe Kambing Jantan dan Kambing Betina punya cicit :D

Hahaha.. lucu nian tempat itu. Tempat yang secara penampilan udah kereeen abis sampe bikin aku jatuh cinta pada pandangan pertama (halah!), letak strategis dan sangat potensial untuk jadi tempat hang out favorit di Ngawi itu ternyata belum diimbangi dengan kualitas pelayanan dan inovasi masakan, menurutku. Jadi walaupun tempatnya special, tetep aja sensasinya kayak makan di pinggir jalan.. :D

*bukan maksudku menjelek-jelekkan tempat itu, hanya sekedar sharing saja, semoga ketika aku kembali lagi kesana sudah ada menu baru: Tempe sarang Dinosaurus atau Mie rasa Strawberry dengan saos Mocca.. :D

Oke, selamat datang di dunia lebay ala Winwin! :D