12 Maret 2011

Diary Calon Guru: IP = Indeks Pemenang/Indeks Pecundang?



Sudah beberapa hari aku kesulitan mengambil IP (Indeks Prestasi) di kampus. Eiitss bukan karena belum bayar loh. Hehehe. Justru karena aku dapet beasiswa jadinya agak ribet.

Ketika diumumkan bahwa aku termasuk salah satu mahasiswa yang mendapat beasiswa (PPA), aku langsung ke BAU (Bagian Administrasi Umum) untuk mengurus pembayaran SPP. Ya, jadi aku tidak menerima beasiswaku secara penuh melainkan langsung dibayarkan SPP dan aku menerima sisanya (yang lumayan banyak untuk ukuranku). Alhamdulillah.

Nah, karena bayarnya di awal, aku hanya diberi kwitansi sementara (tulisan tangan) oleh petugas pembayaran. Semester sebelumnya aku juga mendapat kwitansi serupa yang bisa kugunakan untuk mengambil Kartu Hasil Ujian (KHU).

Ternyata semester kali ini berbeda. Kwitansiku ditolak!

Jadi aku harus menukarkan kwitansi tulisan tangan itu dengan kwitansi dalam bentuk print out. Tidak hanya KHU, akupun tidak bisa mengambil Kartu Absensi dan Kartu Rencana Studi-ku karena lagi-lagi kwitansiku ditolak!

Sebenarnya simpel. Aku hanya perlu menukarkan kwitansiku yang ditulis tangan itu dengan bentuk print out di BAU. Tapi ternyata tak semudah yang kubayangkan, berkali-kali aku ke loket BAU, berkali-kali pula pas tutup! Ini berlangsung sekitar 5 hari, sementara teman-temanku yang lain udah pada tau hasil kerja keras mereka di semester 3, aku masih harus bolak-balik kek BAU berharap sekalii saja tepat waktu.

Sebenarnya sudah sering aku bertanya pada petugas lain, kapan loket penukaran kwitansi dibuka. Jawabannya selalu sama pula, antara jam 14.00 sampai jam 15.00. Setiap aku ke loket jam 14.00, pasti belum buka, jam 15.00 aku ada jadwal, jam 15.30 ketika ada jeda kuliah, seringnya sudah tutup! Arrggh.. padahal kampus kecil di kota kecil pula, susah banget sih mau ketemu petugas pencetak kwitansi ajaa? Huh!

Akhirnya, kemarin sekitar jam 14.30 aku bisa ke BAU (karena ada jam kosong). Sampai di BAU, seperti biasanya loket tutup. Sepertinya loket selalu tutup setiap aku datang :p. kuputuskan untuk menunggu, ditemani Aik sahabatku (sudah kuceritakan siapa Aik di notes sebelumnya). Sekitar 15 menit menunggu akhirnya yang kutunggu-tunggu datang. Kusodorkan 4 lembar kwitansiku yang kesemuanya ditulis tangan. 1 kwitansi bukti pembayaran pendaftaran dan 3 kwitansi pembayaran SPP. Kontan Pak Petugas Pencetak Kwitansi langsung mempertanyakan perihal koleksi kwitansiku itu.

Petugas Kwitansi (PK): “ Loh mbak, kok kwitansinya tulisan tangan semua? Kenapa nggak pernah ditukar?”

Winwin Aja (WA): “Iya pak. Biasanya kan saya ambil IP juga pakai kwitansi itu dan diterima, baru semester kali ini aja ditolak. Jadi sebelum-sebelumnya nggak saya tukar deh. Hehehe ”

PK: “Wah.. nggak boleh gitu mbak, harusnya setiap kwitansi yang seperti ini ditukar sama yang bentuk print out..”

WA: “Iya pak. Makanya ini mau ditukaaarr….”

PK: “Beasiswa ya, mbak?”

WA: “Iya Pak, Alhamdulillah..”

Terus? Udah! Ternyata cuma memastikan aja aku dapet beasiswa atau nggak. Capee deh!

Hanya sekitar 5 menit ternyata, kwitansiku berubah wujud. Langsung saja aku mengambil KRS, Kartu Absensi dan IP ku.

Hasilnya… Alhamdulillah.. tidak mengecewakan. Meski beberapa teman mengaku IP nya turun, Alhamdulillah IP ku naik, sebelumnya 3,68 kali ini 3, 75. Dan IPK ku menjadi 3,71.. Alhamdulillah terima kasih ya Allah…it was such an unbelieveable score!

Padahal sering sekali aku was-was dengan nilaiku. Gimana nggak, seingatku tak ada satu mata kuliah pun yang aku nggak pernah absen. Aku pernah absen di semua mata kuliah, meski tidak terlalu sering, paling hanya 1 atau 2 hari. Tapi jika melihat dosen-dosen yang semakin ketat masalah absensi, aku lumayan takut juga nilaiku anjlok hanya karena absensi. Apalagi sering juga aku telat. Hehehe..

Masalah yang satu ini memang sepertinya sudah melekat padaku. Aku tak malu jika disebut Miss Coming Late karena memang begitulah aku, sering telat!

Tapi kembali lagi ini karena pekerjaanku. Mau gimana lagi, telat tidak bisa dihindari ketika ada pekerjaan urgent yang memang harus segera diselesaikan. Meski begitu, sebenarnya tak ada niatan sama sekali untuk datang terlambat, kecuali di mata kuliah yang dosennya bosenin. Hehehe.

Jika harus mengantar tenaga kerja, ke Bekasi misalnya. Sudah pasti minimal aku akan absen 2 hari. Itupun sama sekali aku tidak punya waktu istirahat kecuali di perjalanan. Semisal hari Senin aku berangkat, Selasa pagi sampai Bekasi, sorenya pulang dan Rabu pagi sampai Ngawi lagi. Setelah sampai rumah aku akan disibukkan dengan pekerjaan rumah dan tugas kuliah yang belum kukerjakan, tidak ada waktu istirahat. Jadi siangnya aku langsung ke kampus.

Tapi insyaAllah aku tidak pernah ketinggalan mengerjakan tugas. Ini mungkin yang mendongkrak nilaiku. Walau itu sering harus dibayar dengan begadang sampai tengah malam, aku paling tidak bisa meremehkan tugas kuliah. Bagiku tugas-tugas selama masa perkuliahan itulah ‘ujian’ sesungguhnya. Beberapa dosen berpikiran sama, beberapa yang lain tidak.

Kuliah sambil bekerja memang memberi tantangan tersendiri. Khususnya masalah pembagian waktu. Sangat sering aku kebingungan membagi waktu dan mau tidak mau harus meninggalkan jam kuliah karena tidak ada yang bisa menggantikanku. Kalau sudah begini, mottoku hanya satu: Jika aku tidak masuk kuliah, yang akan rugi hanyalah diriku sendiri, tapi jika aku meninggalkan pekerjaanku, banyak orang akan rugi. Ya, begitulah adanya karena aku bekerja di lembaga penyalur tenaga kerja. Bayangkan saja jika aku mogok mengantar tenaga kerja, setidaknya 10 orang calon tenaga kerja (jumlah minimal untuk diantarkan) tidak akan bisa mendapat pekerjaan mereka karena tidak ada yang mengurus administrasinya. Memang ada kakakku yang bisa menggantikanku sewaktu-waktu jika terpaksa. Tapi beliau hanya bisa menggantikanku jika prosesnya di Ngawi. Jika proses seleksi di kota lain, hanya aku yang bisa (karena tidak ada petugas lain). Pun begitu, untunglah aku bisa menyesuaikan dengan ritme perkuliahan.

Kembali ke judul (setelah berpanjang lebar. Hehehe).

Jadi apakah IP adalah Indeks Pemenang atau Indeks Pecundang?

Jawabannya kembali ke setiap mahasiswa itu sendiri. Kalau si mahasiswa mendapat IP itu benar-benar atas kerja kerasnya (dan tidak mencontek!), maka IP yang didapatnya, berapapun nilai yang tercantum, adalah sebuah Indeks Pemenang. Indeks yang menggambarkan bahwa si empunya nilai benar-benar telah berjuang dengan fair dan benar-benar mendapat nilai-nilai itu tanpa rekayasa.

Sebaliknya, ada pula IP yang berarti Indeks Pecundang. Yaitu IP yang didapat tanpa perjuangan alias ‘menumpang’ perjuangan orang lain. Ini akan terasa (katanya) jika kita sudah lulus dan bekerja, ketika itu barisan nilai-nilai itu tidak akan berguna lagi kecuali jika memang didapat melalui perjuangan sendiri.

Jadi, teman-teman ku tersayangggg…

Selamat menikmati IP kalian ya, berapapun itu, kuyakin nilai kalian adalah Indeks Pemenang (kan?). Yang nilainya menurun, berarti itu adalah pelecut semangat untuk semester baru yang akan kita jalani. Yang nilainya jelek, walau jelek asal jujur tetep bangga dongg?? Dan yang nilainya naik (ehem!), semoga bisa mempertahankan di semester ini, syukur-syukur bisa ditingkatkan. Aaammiinn…

Dan untuk Bapak Ibu Dosen yang saya hormati, terima kasih telah mempercayakan nilai-nilai luar biasa itu untukku. insyaAllah akan kujaga sepenuh hati.. J

Tetap Semangaat!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Have something on mind? Just write it below.. :)