27 Maret 2011

Dari Winwin untuk Bojonegoro



Banyak teman-teman FB yang mengira saya orang Ngawi. Ya, tidak bisa disalahkan. Saya memang tinggal di Ngawi, kuliah di Ngawi, kerja di Ngawi. Pendek kata, kehidupan saya sekarang memang di Ngawi.

Tapi sesungguhnya, sampai detik ini saya secara resmi, sah dan meyakinkan (halah!) adalah warga kabupaten Bojonegoro. Dari lahir sampai usia SMP, saya memang hidup di Bojonegoro, baru mulai ketika masuk SMK, saya jadi lebih akrab dengan Ngawi. Dan sampai kapanpun saya memang orang Bojonegoro, orang Bojonegoro yang kurang akrab dengan kotanya sendiri lebih tepatnya :D.

Lahir dan besar di Bojonegoro, tidak menjadikan saya ‘mengenal’ secara dalam bumi Angling Dharma itu. Tentu karena tempat tinggal saya terletak di perbatasan Bojonegoro-Ngawi dan sangat jauh dari pusat kota Bojonegoro. Seingat saya, saya pernah ke Bojonegoro (kota) beberapa kali saja, yaitu ketika mengikuti lomba-lomba (jaman SMP) dan terakhir saat mengurus SIM di Satlantas Bojonegoro. Selebihnya, tidak pernah!

Yang saya tahu dari Bojonegoro juga sangat terbatas, hanya hal-hal umum seperti makanan khasnya adalah Ledre, ada pertambangan minyak bumi, kerap dijuluki bumi Angling Dharma, slogan kabupatennya adalah Matoh! dan beberapa hal lain yang sifatnya semua-orang-juga –tahu. Bahkan pernah saya berpikir bahwa saya (dan beberapa teman lain) adalah ‘anak tiri’ Bojonegoro. Gimana nggak, secara status tinggal di Bojonegoro, tapi faktanya nggak tahu kotanya sama sekali! Kami jauh lebih akrab dengan Ngawi, yang bisa dicapai hanya dalam waktu 30 menit. Sehingga teman-teman SMK saya sering bertanya “Moso sih Margomulyo masuk Bojonegoro?”. Ya, kesannya Margomulyo (tempat saya tinggal) lebih pantas kalau ikut kabupaten Ngawi. Hehehe.

Lalu apa yang bisa saya lakukan untuk kota saya sendiri yang tidak saya kenal dan hanya saya kunjungi belum tentu sebulan sekali itu?

Beberapa prestasi yang pernah saya raih justru ‘membawa nama’ Ngawi, kiprah saya dalam organisasi juga lebih banyak di Ngawi, komunitas-komunitas yang saya ikuti juga banyak (atau bahkan semua) di Ngawi dan tempat saya tinggal sekarang adalah Ngawi! Bukan Bojonegoro!

Tapi, setiap kali menilik kampung halaman dan menapaki jengkal demi jengkal tanah kelahiran saya di Margomulyo-Bojonegoro sana, ada rasa ‘tanggung jawab’ yang serta merta muncul..

Setiap kali mengunjungi Kantor Desa untuk mengurus surat-surat dan melihat para pegawainya kesulitan mengoperasikan komputer, ada perasaan terpanggil dari dalam diri. Kenapa diam saja?

Setiap kali melihat kemajuan demi kemajuan yang pelan namun pasti hadir di Margomulyo, ada rasa bangga sekaligus sedih dalam hati, kalau Pemerintah bisa memperbaiki jalan raya dan sarana pendidikan, apa yang bisa saya lakukan?

Setiap kali melihat adik saya pergi ke SD tempat saya dulu juga belajar disana, sebagian pikiran saya akan melayang ke masa lampau. Di tanah inilah untuk pertama kalinya saya mengenal dunia, mengenal pendidikan, mau dikemanakan pendidikan yang sampai sekarang masih juga saya kejar?

Secara fisik saya memang tidak tinggal di Bojonegoro, seperti ratusan bahkan ribuan warga Bojonegoro lainnya. Tapi satu hal yang pasti, suatu saat kami semua akan kembali.. mengabdikan diri untuk kota kami sendiri, membawa semua yang kami dapat untuk memperbaiki kota kami, mendedikasikan kemampuan kami untuk membangun kota kami menjadi lebih baik, menyaksikan kota kami semakin tumbuh berkembang, tidak kalah dengan kota-kota lain.. kami menunggu waktu itu..

Kurindu kotaku, kurindu Bojonegoro..

*) Terima kasih untuk teman-teman SMP N 1 Margomulyo dan komunitas SUMARATU, mari lakukan sesuatu untuk Bojonegoro.. J

3 komentar:

  1. sip tuh,,,,,,,,,mari maju'kan kota kita,,,."!

    BalasHapus
  2. Benar atau tidaknya sistem kerja lewt os yg jelas sebuah pelanggaran hukum,yang jelas sistem os di indo hanya utk melegalkan upah murah!!!!

    BalasHapus
  3. kata-kata yang indah .... apakah boleh di copy

    BalasHapus

Have something on mind? Just write it below.. :)